BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
1.
Interaksi
Menurut
Hormans, interaksi adalah suatu
kejadian ketika aktivitas atau sentimen yang dilakukan oleh seseorang terhadap
individu lain diberi ganjaran (reward) atau hukuman (punishment) dengan
menggunakan suatu aktifitas atau sentimen oleh individu lain yang menjadi
pasangannya. Konsepnya interaksi adalah suatu tindakan yang dikemukakan oleh
seseorang. Dalam suatu interaksi merupakan stimulus bagi tindakan individu lain
yang menjadi pasangannya.
Thibaut
dan Kelley mengemukakan pengertian
dari interaksi adalah suatu peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika
dua orang atau lebih hadir bersama, yang kemudian mereka menciptakan suatu
hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi, tindakan setiap
orang bertujuan untuk memengaruhi individu lain terjadi dalam setiap kasus
interaksi. Menurut Shaw, interaksi
ialah suatu pertukaran antar pribadi yang masing-masing orang menunjukkan
perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka dan masing-masing perilaku
mememgaruhi satu sama lain.
Jadi,
dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi adalah
hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing orang yang
terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.
a. Bentuk-bentuk Interaksi
Shaw
mengemukakan
bentuk-bentuk interaksi sebagai berikut:
1.
Interaksi verbal merupakan salah satu
bentuk yang terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama
lain dengan menggunakan alat-alat artikulasi. Proses tersebut terjadi dalam
bentuk percakapan satu sama lain.
2.
Interaksi fisik merupakan salah satu bentuk
interaksi yang terjadi jika ada dua orang atau lebih melakukan kontak dengan
menggunakan bahasa-bahasa tubuh.
Contoh : Posisi tubuh, ekspresi
wajah, gerak-gerik tubuh dan kontak mata.
3.
Interaksi emosional merupakan salah satu
bentuk interaksi yang terjadi jika individu melakukan kontak satu sama lain
dengan melakukan curahan perasaan.
Contoh: Mengeluarkan
air mata sebagai tanda sedang bersedih, haru atau bahkan terlalu bahagia.
Nicholas
membedakan
bentuk-bentuk interaksi tersebut berdasarkan banyaknya individu yang terlibat
dalam proses tersebut serta pola interaksi yang terjadi, bentuk-bentuk
interaksi tersebut antara lain:
1.
Interaksi dyadic merupakan salah satu
bentuk interaksi yang terjadi jika ada dua orang yang terlibat di dalamnya atau
lebih, namun arah interaksinya hanya terjadi dua arah.
Contoh: Interaksi antara dua orang
melalui telepon, interaksi yang terjadi antara guru dan murid di dalam kelas
jika guru menggunakan metode tanya jawab satu arah tanpa menciptakan dialog
antar murid.
2.
Interaksi tryadic yaitu salah satu
bentuk interaksi yang terjadi jika individu yang terlibat di dalamnya lebih
dari dua orang dan pola interaksi menyebar ke semua individu yang terlibat.
Contoh: Interaksi antara ayah, ibu,
dan anak.
2.
Perspektif
Global
Perspektif adalah suatu pandangan atau cara pandang setiap individu
tentang suatu objek. Sedangkan global artinya mendunia (menyeluruh).
Jadi, Perspektif global adalah suatu pandangan atau cara pandang terhadap
suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari suatu
kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia atau international. Oleh
karena itu, sikap atau perbuatan yang kita lakukan juga diarahkan untuk
kepentingan global. Perspektif global juga dapat diartikan sebagai suatu
pandangan atau cara pandang dimana setiap individu secara bersama-sama
mengembangkan perspektif dan keterampilan untuk menyelidiki suatu yang berkaitan
dengan isu global. Isu global meliputi isu lingkungan, hak asasi manusia (HAM),
keadilan, studi tentang dunia, dan pengembangan pendidikan, dsb.
Pembelajaran perspektif
global memiliki tujuan mendorong individu untuk mempelajari lebih banyak tentang
materi dan masalah yang berkaitan dengan masalah global, mendorong individu
untuk mempelajari masalah yang berkaitan dengan masalah lintas budaya,
mengembangkan dan memahami makna perspektif global baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam pengembangan profesinya. Perspektif global bertitik
tolak dari masalah hidup sehari-hari misalnya masalah kelaparan, pengangguran,
pengungsian. Semua permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dapat
ditinjau dari berbagai sudut ilmu pengetahuan yang akan menyatu dalam
perspektif global.
Dalam kaitannya dengan
budaya dalam era globalisasi ini, Giansar
(mimbar 1990) mengajukan 4 dimensi yaitu:
1.
Afirmasi atau penegasan dari dimensi
budaya dalam proses pembangunan bangsa dan masyarakat. Nilai budaya suatu bangsa
menjadi landasan bagi pembangunan suatu negara serta merupakan alat seleksi
bagi pengaruh luar sudah tak terkendali lagi.
2.
Mereafirmasi dan mengembangkan identitas
budaya dan setiap kelompok manusia berhak diakui identitas budayanya.
3.
Partisipasi bahwa dalam pengembangan
suatu bangsa dan negara partisipasi dari masyarakat sangat diperlukan
4.
Memajukan kerjasama budaya antar bangsa.
3.
Sosiologi
Sosiologi adalah salah satu dari ilmu pengetahuan,
berikut definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli:
1.
Selo
Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu
kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial termasuk perubahan sosial.
2. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu
yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan
berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
3. Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu
ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara
bertindak, berfikir, berperasaan yang berada di luar individu dimana
fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
4. William Kornblum
Sosiologi adalah suatu
upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan
menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
5. Allasn Jhonson
Sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari kehidupan dan perilaku terutama dalam kaitannya dengan suatu
sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana
pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
Dari berbagai definisi
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, dan
masyarakat dengan masyarakat atau dapat disebut juga dengan suatu cabang ilmu
yang mempelajari tentang fenomena yang timbul akibat hubungan antar kelompok umat
manusia dan lingkungan manusia dalam hubungannya satu sama lain. Selain itu,
sosiologi merupakan ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini,
khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari
pengertian-pengertian umum, rasional, empiris, serta bersifat umum.
Dalam sosiologi, objek
yang menjadi sorotan utamanya yaitu hubungan antarmanusia, terutama dalam
lingkungan yang terbentuk oleh manusia itu sendiri, atau yang disebut
lingkungan sosial dimana terjadi
interaksi sosial yang semakin lama semakin luas dan berkembang. Mulai dari
keluarga, teman, tetangga, sekampung, sekota, regional provinsi, sampai ke
tingkat global antar bangsa. Dalam sosiologi mengajarkan bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh kelompok tempat ia terlihat sebagai anggota dan oleh interaksi
yang terjadi pada kelompok itu.
Interaksi
sosial terdapat dua macam yaitu:
a.
Interaksi sosial langsung (tatap muka)
yang semakin luas membawa perubahan sosial, kemajuan sosial yang berdampak luas
terhadap opini, kecerdasan, nalar, dan wawasan manusia yang mengalaminya.
b.
Interaksi sosial tak langsung melalui
pengetahuan, pengenalan teknologi yang terbawa oleh satu pihak lain melalui
berbagai media, berdampak luas pada tatanan sosial baik material dan non
material. Misalnya pakaian, peralatan, berbagai jenis produk makanan dan perangkat
kasar yang lain, tidak hanya dimanfaatkan oleh orang tertentu, melainkan telah
memasukkan kehidupan segala lapisan masyarakat secara lokal, regional bahkan
global. Dampak non material adanya pergeseran nilai dan norma yang diadobsi
dari Negara lain melalui media elektronik maupun cetak.
4.
Interaksi
Global dilihat dari Perspektif Sosiologi
Interaksi
Global dilihat dari Perspektif Sosiologi merupakan hubungan timbal balik antara
manusia dengan lingkungannya yang memiliki pandangan terhadap suatu masalah
baik dari sisi kepentingan dunia atau internasional. Perspektif dalam Sosiologi
meliputi :
a.
Perspektif
Evolusi
Evolusi dapat diartikan sebagai perubahan sehingga
jika dikaitkan dengan sosiologi yaitu menitikberatkan pada pola perubahan
masyarakat dalam kehidupannya. Perpektif evolusi merupakan pandangan
teoritis yang paling awal dalam sosiologi. Pandangan seperti ini didasarkan
pada karya Auguste Comte, Herbert Spencer, dan Ibnu Khaldun. Para tokoh ini
melihat pada pola perubahan dalam masyarakat. Mereka mengkaji masyarakat dengan
menitikberatkan pada evolusinya. Dalam perspektif ini secara umum dapat
dikatakan bahwa perubahan manusia atau masyarakat itu selalu bergerak maju
(secara linear). Selain itu juga, perspektif ini menyatakan bahwa masyarakat
sebagai suatu organisme atau suatu makhluk hidup yang mengalami proses
diferensiasi dan integrasi secara berurutan. Kehidupan masyarakat sebagai suatu
organisme mengalami suatu pertumbuhan secara terus menerus dalam upaya
memperbaiki struktur yang ada. Dalam kaitannya dengan proses perubahan sosial
terdapat empat hal penting, yaitu: Asal usul dari masyarakat maju sekarang,
tingkat perubahan sosial, penyebab perubahan sosial, kemana arah perubahan
sosial yang akan terjadi.
Latar belakang contoh: Karena adanya suatu sistem yang mengatur
kehidupan dalam berperilaku. Dan Individu tunduk pada sistem tersebut. Sistem
ini hadir melaui proses evolusi yang cukup panjang dan adanya saling
ketergantungan antara bagian-bagiannya. Mayarakat juga berevolusi dengan
sendirinya lepas dari kemauan dan kesadaran individu-individu.
Contoh: Saat ini masyarakat Indonesia menganggap bahwa makanan pokok warga
negaranya adalah nasi liwet. Maka setiap individu-individu di dalamnya akan
memakan nasi liwet. Bahkan menjadikannya sebagai suatu keharusan untuk dimakan.
Proses untuk menjadikan nasi liwet ini sebagai makanan pokok masyarakat
Indonesia membutuhkan waktu yang lama. Bahkan mengalami proses integrasi dan
juga disintegrasi untuk akhirnya terbentuk kesepakatan bahwa nasi liwet adalah
makanan pokok setiap individu di Indonesia.
b.
Perspektif
Interaksionis atau simbolik
Pandangan ini mengkaji masyarakat dari interaksi
simbolik yang terjadi di antara individu dan kelompok masyarakat. Tokoh yang
menganut pandangan interaksionis misalnya G.H Mead dan C. H Cooley. Mereka
berpendapat bahwa interaksi manusia berlangsung melalui serangkaian simbol yang
mencakup gerakan, tulisan, ucapan, gerakan tubuh, dan lain sebagainya.
Pandangan ini lebih mengarah pada studi individual atau kelompok kecil dalam
suatu masyarakat, bukan pada kelompok-kelompok besar atau institusi sosial.
Perspektif ini cenderung menolak anggapan bahwa fakta sosial adalah sesuatu
yang determinan terhadap fakta sosial yang lain. Bagi perspektif ini, orang
sebagai makhluk hidup diyakini mempunyai perasaan dan pikiran. Dengan perasaan
dan pikiran orang mempunyai kemampuan untuk memberi makna terhadap situasi yang
ditemui, dan mampu bertingkah laku sesuai dengan interpretasinya sendiri. Sikap
dan tindakan orang tidak dipaksa oleh struktur yang berada di luarnya (yang
membingkainya) serta tidak semata-mata ditentukan oleh masyarakat. Jadi, orang
dianggap bukan hanya mempunyai kemampuan mempelajari, memahami, dan
melaksanakan nilai dan norma masyarakatnya, melainkan juga bisa menemukan,
menciptakan, serta membuat nilai dan norma sosial (yang sebagian benar-benar
baru). Karena itu orang dapat membuat, menafsirkan, merencanakan, dan
mengontrol lingkungannya.
Singkatnya, perspektif ini memusatkan perhatian pada
interaksi antara individu dengan kelompok, terutama dengan menggunakan
simbol-simbol, antara lain tanda, isyarat, dan kata-kata baik lisan maupun
tulisan. Atau dengan kata lain perspektif ini meyakini bahwa orang dapat
berkreasi, menggunakan, dan berkomunikasi melalui simbol-simbol.
Latar belakang contoh: Dalam contoh ini, ketika kita memaknai Kabayan
sebagai orang yang kampungan, maka kita menganggap pada kenyataannya Kabayan
memang adalah orang yang kampungan. Begitu pula sebaliknya. Contoh: Dalam
film Kabayan, tokoh Kabayan sebenarnya akan memiliki makna yang berbeda-beda
berpulang kepada siapa atau bagaimana memandang tokoh tersebut. Ketika Kabayan
pergi ke kota besar, maka masyakat kota besar tersebut mungkin akan memaknai
Kabayan sebagai orang kampung, yang kesannya adalah norak atau kampungan.
c.
Perspektif
structural Fungsional
Dalam perspektif ini, masyarakat dianggap sebagai
sebuah jaringan terorganisir yang masing-masing mempunyai fungsi. Institusi
sosial dalam masyarkat mempunyai fungsi dan peran masing-masing yang saling
mendukung. Masyarakat dianggap sebagai sebuah sistem stabil yang cenderung
mengarah pada keseimbangan dan menjaga keharmonisan sistem. Dengan demikian
menurut pandangan perspektif ini, setiap kelompok atau lembaga melaksanakan
tugas tertentu secara terus-menerus, karena hal itu fungsional. Sehingga, pola
perilaku timbul karena secara fungsional bermanfaat dan apabila kebutuhan itu
berubah, pola itu akan hilang atau berubah.
Hal ini juga berarti bahwa perubahan sosial akan
mengganggu keseimbangan masyarakat yang stabil tersebut. Namun tidak lama
kemudian akan tercipta kembali keseimbangan. Perspektif ini lebih menekankan
pada keteraturan dan stabilitas dalam masyarakat. Lembaga-lembaga sosial
seperti keluarga, pendidikan, dan agama dianalisis dalam bentuk bagaimana
lembaga-lembaga itu membantu mencukupi kebutuhan masyarakat. Ini berarti
lembaga-lembaga itu dalam analisis dilihat seberapa jauh peranannya dalam
memelihara stabilitas masyarakat. Perspektif fungsionalis menekankan pada empat
hal berikut ini:
1. Masyarakat tidak bisa hidup kecuali anggota-anggotanya
mempunyai persamaan persepsi, sikap, dan nilai.
2. Setiap bagian mempunyai kontribusi pada keseluruhan.
3. Masing-masing bagian terintegrasi satu sama lain dan
saling memberi dukungan.
4. Masing-masing bagian memberi kekuatan, sehingga
keseluruhan masyarakat menjadi stabil.
Latar belakang contoh: Oleh
karena setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan khas,
demikian pula setiap bentuk kelembagaan dalam masyarakat. Setiap lembaga dalam
masyarakat melaksanakan tugas tertentu untuk stabilitas dan pertumbuhan
masyarakat tersebut. Contoh: Struktur tubuh manusia memiliki
berbagai bagian yang saling berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu,
masyarakat mempunyai kelembagaan yang saling terkait dan tergantung satu sama
lain.
d.
Perspektif
Konflik
Pendekatan ini terutama didasarkan pada pemikiran Karl
Marx. Teori konflik melihat masyarakat berada dalam konflik yang terus-menerus
di atara kelompok atau kelas. Dalam pandangan teori konflik masyarakat dikuasai
oleh sebagian kelompok atau orang yang mempunyai kekuasaan dominan. Selain Marx
dan Hegel tokoh lain dalam pendekatan konflik adalah Lews Coser. Perspektif ini
melihat masyarakat sebagai sesuatu yang selalu berubah, terutama sebagai akibat
dari dinamika pemegang kekuasaan yang terus berusaha memelihara dan
meningkatkan posisinya. Perspektif ini beranggapan bahwa kelompok-kelompok
tersebut mempunyai tujuan sendiri yang beragam dan tidak pernah terintegrasi.
Dalam mencapai tujuannya, suatu kelompok seringkali harus mengorbankan kelompok
lain. Karena itu konflik selalu muncul, dan kelompok yang tergolong kuat setiap
saat selalu berusaha meningkatkan posisinya dan memelihara dominasinya.
Ciri lain dari perspektif ini adalah cenderung
memandang nilai dan moral sebagai rasionalisasi untuk keberadaan kelompok yang
berkuasa. Dengan demikian kekuasaan tidak melekat dalam diri individu, tetapi
pada posisi orang dalam masyarakat. Pandangan ini juga menekankan bahwa fakta
sosial adalah bagian dari masyarakat dan eksternal dari sifat-sifat individual.
Singkatnya, pandangan ini berorientasi pada studi struktur sosial dan
lembaga-lembaga sosial. Ia memandang masyarakat terus- menerus berubah dan
masing-masing bagian dalam masyarakat potensial memacu dan menciptakan
perubahan sosial. Dalam konteks pemeliharaan tatanan sosial, perspektif ini
lebih menekankan pada peranan kekuasaan.
Latar belakang contoh: Sebagai perjuangan memperebutkan kekuasaan yang tak
berkesudahan, kelompok dominan berusaha memelihara dan mempertahankan
kedudukannya; kekuatan adalah faktor terpenting dalam mempertahankan
stabilitas, kekerasan mungkin diperlukan untuk memulihkan keseimbangan sosial
jika keseimbangan itu terganggu. Kekerasan tidak memerlukan pembenaran moral,
karena kekerasan mempunyai kualitas pembaharuan membebaskan manusia untuk
mengikuti ketentuan tak rasional dari sifat bawaannya sendiri. Contoh: Konflik
antar kelompok. Perang antar kelompok dapat disamakan dengan perjuangan untuk
mempertahankan hidup dan yang terkuatlah yang menang dalam kehidupan sosial.
Kebencian yang besar dan yang melekat antar kelompok, antar ras dan antar orang
yang berbeda menyebabkan konflik tak terelakkan.
Dari beberapa pandangan tentang perspektif sosiologi
di atas dapat disimpulkan bahwa, perspektif sosiologi merupakan pola pengamatan
ilmu sosiologi dalam mengkaji tentang kehidupan masyarakat dengan segala aspek
atau proses sosial kehidupan didalamnya.
2.2 Contoh Interaksi Global dilihat
dari Perspektif Sosiologi
1.
Indonesia kembali menjadi anggota PBB
Pada tanggal 28 September 1950 Indonesia menjadi
anggota PBB dan tercatat menjadi anggota yang ke-60. Banyak manfaat yang
diperoleh bangsa Indonesia semenjak menjadi anggota PBB. Berbagai bantuan dan
jasa baik PBB telah dinikmati bangsa Indonesia.
a. PBB turut berperan menyelesaikan pertikaian
Indonesia-Belanda dalam Perang Kemerdekaan (1945-1950) dengan mengirimkan KTN dan
UNCI.
b. PBB berjasa menyelesaikan pengembalian Irian Barat
ke pangkuan RI dengan mengirim misi UNTEA.
c.
PBB banyak
memberikan bantuan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya melalui organisasi
khusus, seperti IMF, IBRD, UNESCO, WHO, dan sebagainya.
Namun, hubungan yang harmonis antara Indonesia dan PBB
menjadi terganggu sejak Indonesia menyatakan diri keluar dari keanggotaan PBB
pada 7 Januari 1965. Persoalannya, usul Indonesia agar Malaysia tidak diterima
sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB tidak membuahkan hasil.
Kenyataannya, Malaysia tetap diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB.
Sejak keluar dari keanggotaan PBB, Indonesia praktis terkucil
dari pergaulan Internasional. Kenyamanan dan kebersamaan hidup dengan bangsa
lain tidak dapat dirasakan lagi. Begitu pula pembangunan negara menjadi
terhambat sehingga berakibat pada kesengsaraan rakyat. Menyadari adanya
kerugian itu, maka pemerintah Orde Baru memutuskan untuk masuk kembali menjadi
anggota PBB. Pada 28 September 1966 Indonesia kembali aktif di PBB. Indonesia
tetap diterima kembali sebagai anggota PBB yang ke-60. Tindakan Indonesia ini
mendapat dukungan dari Aljazair, Filipina, Jepang, Mesir, Pakistan, dan
Thailand.
2.
Kerjasama Bilateral antara Indonesia
dengan Jepang
Walaupun sempat menjadi
negara jajahan Jepang, seiring berjalannya waktu Indonesia dan Jepang menemukan
titik damai dan menjalin kerjasama bilateral demi menjaga hubungan diplomatik
yang baik. Indonesia membutuhkan Jepang dan sebaliknya Jepang pun membutuhkan
Indonesia. Kerjasama Indonesia dan Jepang hingga saat ini telah berjalan kurang
lebih selama 52 tahun sejak tahun 1958. Berbagai sektor kerjasama telah
dijalankan oleh Indonesia dan Jepang baik di bidang ekonomi, pendidikan,
perdagangan bahkan kultural budaya.
Motif
interaksi sosial sangat beragam dilandasi oleh tujuan tertentu
a.
Hubungan antara produsen dan konsumen
yang dilandasi oleh motif ekonomi. Akibat interaksi sosial yang makin intensif
sampai ke tingkat global, menunjukkan perubahan sosial di masyarakat sampai ke
proses modernisasi. Dampak kemajuan, penerapan, dan permanfaatan IPTEK di
bidang transportasi dan komunikasi menjadikan interaksi sosial baik secara
langsung (misalnya di pasar swalayan) maupun tidak langsung (misalnya on-line
shopping) ini semakin intensif dan meluas.
b.
Pengetahuan, ilmu, dan pengenalan
teknologi berdampak luas pada tatanan sosial dan telah memasuki kehidupan
segala lapisan masyarakat. Contohnya jenis makanan khas setempat yang telah
menyebar ke segala tempat bahkan juga di manca negara, misalnya makanan khas
Indonesia tempe yang kini terkenal di Jepang. Contoh lainnya adalah jenis
permainan atau kebudayaan lokal/tradisional yang kini terkenal di segala
penjuru dunia, misalnya pencak silat, gamelan, tari-tarian Bali, dsb.
c.
Kegiatan sehari-hari seperti belajar dan
olah raga juga merasakan dampak globalisasi, misalnya pertukaran pelajar dan
pertandingan olah raga antar negara seperti sea games ataupun olimpiade.
d.
Perkembangan
teknologi transpormasi dan komunikasi telah menyebabkan interaksi manusia
meluas ke tingkat global secara lebih intensif. Interaksi bisa terjadi secara
fisik maupun non fisik melalui internet. Teknologi komputer melalui email (electronic
mail) menyebabkan dunia ini tanpa batas
(bord erless)
secara non fisik. Setiap
orang yang mampu mengakses teknologi ini bisa mengirim maupun menerima berita dari seluruh dunia. Dari
arus global dan interaksi sosial, baik langsung maupun melalui media, tentu
saja ada yang wajib diwaspadai terutama dari segi negatifnya. Perubahan dan
kemajuan yang positif meningkatkan kesejahteraan dalam arti yang
seluas-luasnya. Sosiologi, yang oleh Horton dan Hun (1976:22) didefinisikan
sebagai studi ilmiah tentang kehidupan sosial umat manusia, harus mengembangkan
kemampuan perspektif global dalam menyimak masalah-masalah global yang
mengancam kehidupan umat manusia. Secara fisik batas-batas wilayah setiap Negara
berdasarkan hukum Internasional masih jelas.
2.3 Dampak Positif dan Negatif Globalisasi
dalam Bidang Sosial
Dampak
positif globalisasi dalam bidang sosial budaya antara lain:
a. Turut serta berpartisipasi
dalam kegiatan sosial internasional, misalnya
lewat organisasi Palang Merah Internasional.
b. Menjunjung tinggi pelaksanaan
HAM.
c. Mengadakan pertukaran pelajar
antar Negara.
d. Meningkatkan pembelajaran
mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, maupun
ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju.
e. Meningkatkan etos kerja yang
tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian, rasional,
sportif, dsb
f. Adanya rasa solidaritas sosial
yang tinggi antarbangsa di berbagai negara.
g. Terjadinya kontak budaya
melalui media massa yang dapat memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai
budaya lain.
h. Terdapat banyak bentuk-bentuk
seni yang masih berpolakan masa lalu yang dimodifikasi dengan kesenian modern
untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern.
i.
Menumbuhkan sikap toleran.
j.
Memacu untuk meningkatkan kualitas diri.
Dampak negatif globalisasi
dalam bidang sosial budaya antara lain:
a. Semakin mudahnya nilai-nilai
barat masuk ke Indonesia baik melalui
internet, media televisi, maupun media cetak yang banyak ditiru oleh
masyarakat.
b. Semakin memudarnya apresiasi
terhadap nilai-nilai budaya. Merebaknya gaya berpakaian
barat di negara-negara berkembang.
c. Menjamurnya produksi film dan
musik dalam bentuk kepingan CD/ VCD atau DVD.
d. Rasa kekeluargaan yang akan
berkurang dengan adanya jiwa individualis.
e. Kesenjangan sosial semakin
tajam.
f. Budaya-budaya tradisional kita
akan tergeser oleh budaya negara lain.
g. Berbagai tradisi keagamaan dan
relasi kekeluargaan yang tradisional berubah mengikuti kecenderungan umum
globalisasi, yakni bercampur aduk dengan berbagai tradisi lain.
h. Terjadinya penurunan rasa
cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa.
i.
Terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya
berkembang menjadi budaya massa.
j.
Meningkatnya individualisme, perubahan pada pola
kerja, terjadinya pergeseran nilai kehidupan dalam masyarakat.
k. Mempercepat perubahan pola
kehidupan bangsa.
l.
Kehilangan arah sebagai bangsa yang memiliki jati
diri.
m. Pergaulan
bebas, pemakaian obat terlarang, kebiasaan minum-minuman keras, dan sadisme.
n. Adanya
kelompok manusia yang bertujuan komersial dan barang kali juga bertujuan
politik yang secara sengaja melakukan penetrasi budaya untuk meracuni bangsa
dengan tujuan menghancurkan generasi muda bangsa. Kita harus secara aktif
mencari alternatif pemecahannya.
0 komentar:
Posting Komentar