Pages

Sabtu, 04 Juni 2016

Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Peserta Didik


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Bakat
Terdapat suatu kenyataan bahwa manusia berbeda satu sama lain dalam berbagai hal, antara lain dalam intelegensi, bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani, dan keadaan sosial. Jadi yang dimaksud dengan perbedaan peroranagan ialah perbedaan dalam kemampuan dan perbedaan dalam kecepatan belajar. Dalam proses belajar-mengajar secara perorangan (individual), tidak akan timbul banyak masalah karena dapat di adakan penyesuaian dengan kondisi dan kebutuhan anak tersebut. Sebaliknya, pada proses belajar-mengajar (klasikal) akan timbul berbagai masalah yang bervariasi dalam jumlah maupun jenis, sejalan dengan bervariasinya kebutuhan dan keadaan anak didik. Perbedaan perorangan anak didik tercermin dalam sifat-sifat atau ciri-ciri siswa (baik dalam kemampuan, ketrampilan, dan sikap belajar), macam atau kualitas intruksi (yang meliputi jenis dan tingkat hasil belajar dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif). Berikut ini beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian bakat:
a.       Menurut Crow (1989), bakat bisa dianggap sebagai kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang beragam. Bakat juga dapat dianggap sebagai keunggulan khusus dalam bidang perilaku tertentu, seperti musik, matematika, atau olahraga.
b.      Willian B. Michael (dalam Suryabrata, 1995) mendefinisikan bakat sebagai kapasitas seseorang dalam melakukan tugas, yang sedikit sekali dipengaruhi atau tergantung pada latihan.
c.       Brigham (dalam Suryabrata, 1995) mendefinisikan bakat yang dititikberatkan kepada apa yang dapat dilakukan individu (segi kinerja), setelah individu mendapatkan latihan.
d.      Traxler (dalam Crow dan Crow, 1989) mendefinisikan bakat sebagai kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas pada diri individu yang menunjukkan kemungkinan sampai dimana dia akan mampu mendapatkan, dengan latihan yang cocok, pengetahuan, keterampilan, atau sekumpulan pengetahuan, pengertian dan keterampilan, seperti kemampuan untuk menyumbangkan diri dalam bidang seni, kemampuan mekanik, kemampuan matematika, atau kemampuan membaca dan berbicara dengan menggunakan bahasa asing.
e.       Woodworth dan Marquis (dalam Suryabrata, 1995) memberikan definisi bakat sebagai prestasi yang dapat diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus. Oleh karena itu bakat dikategorikan sebagai suatu kemampuan (ability), yang memiliki tiga arti:
1.      Achievment, yang merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur dengan alat tes tertentu
2.      Capacity, yang merupakan kemampuan potensial, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, dimana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan latihan yang intensif dan pengalaman
3.      Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap atau diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat
f.       Pengertian bakat dalam Kapita Selekta Pendidikan SD adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu tugas tanpa banyak bergantung pada latihan.
Dari perbedaan pendapat mengenai bakat diatas, maka Suryabrata (1995) berpendapat bahwa analisis mengenai bakat merupakan analisis mengenai tingkah laku. Berdasarkan tingkah laku dapat ditemukan gejala sebagai berikut:
a.       Bahwa individu melakukan sesuatu
b.      Bahwa apa yang dilakukan itu merupakan sebab dari sesuatu tertentu (mempunyai akibat atau hasil tertentu)
c.       Bahwa individu melakukan sesuatu itu dengan cara tertentu
Selanjutnya disimpulkan oleh Suryabrata (1995) bahwa tingkah laku mengandung tiga aspek, yaitu:
a.       Aspek tindakan (performance atau act)
b.      Aspek sebab atau akibatnya (a person causes a result)
c.       Aspek ekspresif

Bakat juga perlu dikembangkan agar dapat lebih terwujud dalam kehidupan seseorang. Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan oleh:
a.       Utami Munandar (1987) bahwa bakat merupakan kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
b.      Suwarno (1986) bahwa bakat adalah kondisi didalam diri seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus.
c.       Renzulli (Munandar, 1999) mengungkapkan bahwa yang menentukan keberbakatan seorang individu tidak hanya karena kemampuan umumnya berada di atas rata-rata, melainkan juga kreativitas dan pengikatan diri terhadap tugas (task commitment).
d.      Munandar (Ali dan Asroro, 2005) menegaskan bahwa bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih lebih lanjut. Karena sifatnya yang masih potensial atau laten, bakat merupkan potensi yang masih memerlukan pengembangan dan latihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud.
e.       Semiawa (Ali & Asrori, 2005) menyimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Dengan bakat, memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu. Tetapi, untuk mewujudkan bakat ke dalam suatu prestasi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan motivasi.
Jadi, dapat kami simpulkan bahwa bakat merupakan potensi yang ada dalam diri seseorang yang perlu dilatih dan dikembangkan karena tanpa latihan dan pengembangan maka bakat yang ada dalam diri seseorang tidak akan terwujud.
Berkaitan dengan hal tersebut, U.S. Office of Education menekankan bahwa anak berbakat memerlukan pelayanan dan program pendidikan khusus dengan potensi, minat dan kemampuan agar dapat merealisasikan bakat yang dimilikinya. Bakat bukanlah merupakan trait atau sifat tunggal, melainkan merupakan sekelompok sifat yang secara bertingkat membentuk bakat. Bakat baru muncul atau teraktualisasi bila ada kesempatan untuk berkembang atau dikembangkan, sehingga mungkin saja terjadi seseorang tidak mengetahui dan tidak mengembangkan bakatnya sehingga tetap merupakan kemampuan yang laten.
Test bakat (patitude test) adalah tes yang mengukur potensi atau kapasitas yang dapat dicapai seseorang di masa depan, sedangkan tes prestasi (achievement test) adalah tes yang mengukur kemampuan untuk berprestasi saat ini. Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembaawan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang. Kapasitas biasanya diartikan sebagai kemampuan yang dapat dikembangkan sepenuhnya di masa mendatang apabila kondisi latihan dilakukan secara optimal. Dalam praktek, kapasitas seseorang jarang tercapai. Setiap orang mempunyai bakat-bakat tertentu masing-masing dalam bidang dan derajat yang berbeda-beda.
Yang dimaksud dengan anak berbakat ialah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau pelayanan yang di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat mewujudkan bakat-bakat mereka secara optimal baik untuk pengembangan diri maupun untuk dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kemajuan masyarakat dan Negara. Bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi:
a.       Kemampuan intelektual umum
b.      Kemampuan akademik khusus
c.       Kemampuan berpikir secara kreatif-produktif
d.      Kemampuan dalam salah satu bidang seni
e.       Kemampuan psikomotorik/kinestetik
f.       Kemampuan psikososial atau bakat kepemimpinan.

2.2  Kreativitas
Beberapa pengertian kreativitas menurut para ahli, diantaranya:
a.       Utami Munandar (1995:25), kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
b.      Imam Musbikin (2006:6) kreativitas adalah kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru, atau tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu di jawab.
c.       Mangunhardjana (1986:11) kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya berguna, lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik atau banyak.
d.      Stemberg (1988), kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian atau motivasi.
e.       Baron (1969), kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan seuatu yang baru.
f.       Supriyadi dalam Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005:15), kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berfikir, ditandai oleh suksesi, dikontinuitas, diverensiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan.
g.      Clark Moustakis (1967), kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.
h.      Rhodes, kreativitas didefinisikan sebagai pribadi (person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses (process) kreatif dan dengan dorongan atau dukungan (press) dari lingkungan, menghasilkan produk (product) kreatif.
i.        Hulbeck (1945), tindakan kreatif muncul dari keunikan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.
j.        Haefele (1962), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.
k.      Torrance (1988), kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah), menilai dan menguji dugaan atau hipoteis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya.
Adapun definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya yaitu:
1.      Kretivitas dalam dimensi person yaitu upaya mendefinisikan kreatifitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat diebut kreatif.
2.      Kreativitas dalam dimensi process. Proses upaya mendefiniikan kreativitas yang berfokus pada proses berfikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
3.      Definisi kreativitas dalam dimensi press. Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor perss atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologi. Mengenai press dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
4.      Definisi kreativitas dalam dimensi product, merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau merupakan upaya yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru atau sebuah penggabungan yang inovatif. Definisi ini menekankan pada orisinalitas.
Secara operasional, kreativitas adalah kemampuan mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Kreativitas ialah sifat dari seseorang yang mampu berfikir berbeda sehingga dapat menciptakan sesuatu yang baru ataupun memperbaharui sesuatu yang lama, yang akan bermanfaat untuk kehidupan seseorang, kreatifitas dapat diedukasi ataupun dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan pendidikan ataupun di luar pendidikan.
2.3  Jenis-Jenis Bakat Khusus
Berkaitan dengan adanya perbedaan individual, setiap anak memiliki bakat yang berbeda-beda. Semiawan dan Munandar (Ali dan Asrori, 2005) mengklasifikasikan jenis-jenis bakat khusus, baik yang masih berupa potensi maupun yang sudaah terwujud, menjadi lima bidang yaitu:
1.      Bakat Akademik Khusus
Dalam mengidentifikasi bakat akademik khusus, seorang guru dapat menggunakan tes prestasi akademik. Tes prestasi akademik bertujuan mengukur pembelajaran, pengetahuan tentang fakta, prinsip dan kemampuan untuk menerapkannya dalam situasi sehari-hari (Munandar,1999). Tes ini dimaksudkan untuk mengukur prestasi belajar. Termasuk ke dalam bakat akademik khusus, misalnya bakat untuk memahami konsep yang berkaitan dengan angka-angka (numeric), logika bahasa (verbal).

2.      Bakat Kreatif Produktif
Bakat kreatif produktif memiliki arti bakat dalam hal menciptakan sesuatu yang baru, misalnya menghasilkan program komputer terbaru, arsitektur terbaru, dsb. Alat untuk mengidentifikasi bakat kreatif yang berlaku di Indonesia diantaranya kreativitas verbal (Munandar 1999). Tes ini terdiri dari 6 subtes yang mengukur dimensi berfikir divergen. Keenam subtes ini adalah:
a.       Pemulaan kata, subjek harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dari suku kata tertentu, contoh siswa diminta untuk membuat kata sebanyak mungkin dari awalan kata “sa”.
b.      Menyusun kata adalah subtes yang menghendaki siswa menyusun sebanyak mungkin kata dengan menggunakan huruf-huruf dari satu kata yang diberikan. Subtes ini selain mengukur kelancaraan kata juga menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi. Contohnya: “proklamasi”, respon yang diharapkan adalah siswa diminta menyusun kata lain dengan huruf-huruf proklamasi (misalnya: aklamai, pak, kolam dll).
c.       Membentuk kalimat tiga kata, siswa diminta untuk menyusun kalimat yang terdiri dari tiga kata. Huruf pertama setiap kata diberikan akan tetapi urutan dalam penggunaan ketiga huruf tersebut boleh berbeda-beda. Contoh: A-L-G (Ali Lihat Gorila,-Gorila Akan Lari, dsb)
d.      Sifat-sifat yang sama, siswa harus menemukan sebanyak mungkin objek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Subte ini mengukur kelancaran dalam memberikan gagasan yang sesuai dengan persyaratan tertentu. Contoh: merah dan cair, siswa akan memberikan respon (darah, sirop marjan, cat air warna merah, gula merah cair, cat dinding merah).
e.       Macam-macam penggunaan, mengharuskan siswa memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak lazim dari benda ehari-hari. Subtes ini mengukur kelenturan dan orisinalitas dalam berfikir. Contoh: pensil, respon siswa misalnya untuk tusuk konde, untuk bercocok tanam, untuk membuat lingkaran donat, dll.
f.       Apa akibatnya, mengharuskan siswa memikirkan segala seuatu yang mungkin terjadi dari suatu kejadian. Subtes ini mengukur kelancaran dalam memberikan dan mengembangkan suatu gagasan dengan mempertimbangkan implikasinya. Contoh: apa akibatnya jika manusia dapat terbang seperti burumg?. Respon siswa misalnya: tidak ada kemacetan lalu lintas, jumlah kendaraan berkurang, dan polusi asap kendaraan berkurang.

3.      Bakat Seni
Bakat khusus dalam bidang eni, misalnya mampu mengaransemen musik yang banyak digemari orang, menciptakan lagu dalam waktu yang singkat dan mampu melukis dengan indah dalam waktu yang relatif singkat. Mengenali bakat seni bergantung pada metode observasi yang dinilai oleh ahli dalam bidang seni. Diharapkan ahli-ahli tersebut tidak hanya menilai kemampuan reproduktif di bidang eni, tetapi juga kemampuan inovatif, melalui kecenderungan untuk dapat melepaskan diri dari bentuk seni yang konvensional tradisional (Munandar 1999).

4.      Bakat Kinestik/Psikomotorik
Bakat khusus kinestik/psikomotorik, antara lain sepak bola dan bulu tangkis. Kemampuan psikomotor tidak hanya diperlukan dalam berolah raga namun juga berbagai kegiatan lain seperti memainkan alat musik dan drama, menari, dsb. Derajad keterampilan motorik yang diperlukan untuk maing-masing kegiatan berbeda-beda. Dalam melakukan identifikasi kemampuan psikomotorik, diperlukan pemahaman mengenai kemampuan-kemampuan yang terkait dengan kemampuan psikomotorik yang akan diukur. Kemampuan-kemampuan yang terkait dengan kemampuan psikomotorik adalah kemampuan intelektual, kemampuan khusus yang berkaitan dengan bakat, tingkat perkembangan keseluruhan badan misalnya, kelenturan, kecepatan, koordinasi, dll.

5.      Bakat Sosial
Bakat khusus di bidang sosial antara lain mahir melakukan negosiai, menawarkan suatu produk, berkomunikasi dalam organisai, dan mahir dalam kepemimpinan. Bakat sosial didefinisikan oleh Marlan (Munandar, 1999) sebagai bakat yang tidak hanya mencakup kemampuan intelektual, tetapi juga kepribadian. Faktor yang paling erat kaitannya dengan kepemimpinan adalah kapasitas, prestasi, tanggung jawab, peran serta, status, dan situasi (Stogdill, dikutip Katena, dalam Munandar, 1999).

2.4  Identifikasi, Pengukuran Bakat dan Kreativitas
2.4.1        Alasan mengidentifikasi Bakat Kreatif.
Mengidentifikasi bakat kreatif siswa-siswa merupakan sesuatu yang penting bagi seorang guru karena alasan berikut :
a.       Kreatifitas sangat bermakna dalam kehidupan.
b.      Melalui pengukuran dan identifikasi bakat kreatif, akan ditemukan pula siswa-siswa yang kemampuan kreatifnya sangat rendah.
c.       Dengan memahami bakat kreatif siswa yang terpendam, guru dapat terbantu untuk merancang kegiatan yang menantang dan menarik bagi siswa sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
d.      Untuk membantu siswa memilih jurusan pendidikan dan karier yang menuntut kemampuan kreatif.

2.4.2        Tujuan Penggunaan Tes Kreativitas
Ada 3 penggunaan utama untuk tes kreativitas, yaitu:
a.        Identifikasi Anak Berbakat Kreatif
Tes kreativitas sering digunakan untuk mengidentifikasi siswa berbakat kreatif untuk program anak berbakat intelektual. Kebanyakan program anak berbakat berasaskan bahwa siswa kreatif perlu diidentifikasikan dan kreativitas perlu diajarkan.
b.      Penelitian
Penelitian membantu kita memahami perkembangan kreativitas. Tes kreativitas dalam penelitian dapat digunakan dengan dua cara. Pertama, untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif dan membandingkan mereka dengan orang-orang biasa. Kedua, tes kreativitas dalam penelitian dapat digunakan untuk menilai dampak pelatihan kreativitas terhadap kekreatifan peserta.
c.       Konseling
Konselor atau psikolog sekolah di sekolah dasar dan menengah memerlukan informasi mengenai seorang siswa yang dikirim karena sikapnya yang apatis, tidak kooperatif, berprestasi kurang, atau karena masalah lain. Mungkin saja siswa itu sebetulnya kreatif, tetapi tidak tahan akan pekerjaan rutin yang baginya membosankan, sikap guru yang otoriter dan kurang memberikan kebebasan dalam ungkapan diri. Tes kreativitas dapat membantu konselor, guru, orangtua, dan siswa sendiri untuk mengenali dan memahami bakat kreatif siswa yang terpendam. Informasi ini memungkinkan guru untuk merancang kegiatan yang menantang dan menarik bagi siswa kreatif.

2.4.3        Jenis Alat untuk Mengukur Bakat Kreatif
Potensi kreatif dapat diukur melalui beberapa pendekatan, yaitu pengukuran langsung; pengukuran tidak langsung, dengan mengukur unsur-unsur yang menandai ciri tersebut; pengukuran ciri kepribadian yang berkaitan erat dengan ciri tersebut; dan beberapa jenis ukuran yang bukan tes. Pendekatan kelima adalah dengan menilai produk kreatif nyata.
1.      Tes yang Mengukur Kreativitas secara Langsung
Sejumlah tes kreativitas telah disusun dan digunakan, antara lain tes terkenal dari Torrance yang digunakan untuk mengukur pemikiran kreatif (Torrance Test of Creative Thinking: TICT) yang mempunyai bentuk verbal dan bentuk figural. Ada yang sudah diadaptasi untuk Indonesia, yaitu Tes Lingkaran (Circles Test) dari Torrance.tes ini pertama kali digunakan di Indonesia dalam penelitian Utami Munandar (1997) untuk disertasinya “Greativity and Education”, dengan tujuan membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan ukuran kreatifitas figural.
2.      Tes yang Mengukur Unsur-Unsur Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu konstruk yang multidimensi, terdiri dari berbagai dimensi, yaitu dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian), dan dimensi psikomotorik (keterampilan kreatif).
3.      Tes yang Mengukur Ciri Kepribadian Kreatif
Beberapa tes mengukur ciri-ciri khusus, antara lain adalah:
a.       Tes Mengajukan Pertanyaan, yang merupakan bagian dari Tes Torrance untuk Berpikir Kreatif.
b.      Tes Risk Taking, digunakan untuk menunjukkan dampak pengambilan resiko terhadap kreativitas.
c.       Tes Sex Role Identity untuk mengukur sejauh mana seseorang mengidentifikasikan diri. Dengan peran jenis kelaminnya. Alat yang sudah digunakan di Indonesia adalah Bem Sex Role Inventory.
4.      Pengukuran Bakat Kreatif secara Non-Tes
Dalam upaya mengatasi keterbatasan tes tertulis untuk mengukur kreativitas dirancang beberapa pendekatan alternatif yaitu:
a.         Daftar Periksa (Cheklist) dan Kuesioner
Alat ini disusun berdasarkan penelitian tentang karakteristik khusus yang dimiliki pribadi kreatif.
b.         Daftar Pengalaman
Teknik ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang di masa lalu. Format yang paling sederhana adalah meminta seseorang menulis autobiografi singkat, yang kemudian dinilai untuk kuantitas dan kualitas perilaku kreatif.
c.         Pengamatan Langsung terhadap Kinerja Kreatif
Mengamati bagaimana orang bertindak dalam situasi tertentu nampaknya merupakan teknik yang paling absah, tetapi makan waktu dan dapat pula bersifat subyektif.
[
2.5  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bakat dan Kreativitas
2.5.1        Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat Khusus.
Bakat sebagai potensi masih memerlukan pengembangan agar dapat diwujudkan dalam bentuk prestasi. Sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus dikelompokkan ke dalam dua golongan: yaitu, Faktor Internal dan Faktor Eksternal. Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, yang mencakup: minat, motif berprestasi, keberanian mengambil resiko, ulet dan tekun, serta kegigihan dan daya juang. Adapun Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkungan tempat seorang anak tumbuh dan berkembang. Yang meliputi: kasempatan maksimal untuk mengembangkan diri, sarana dan prasarana, dukungan dan dorongan orang tua/keluarga, lingkungan tempat tinggal dan pola asuh.

2.5.2        Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kreativitas
Kreativitas membutuhkan rangsangan dari lingkungan untuk berkembang secara optimal. Beberapa faktor yang menentukan adalah:
1.      Kebebasan
Orang tua yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada anak.
2.      Respek
Orang tua yang menghormati anaknya sebagai individu, percaya akan kemampuan anak mereka, dan menghargai keunikan anak mereka.
3.      Kedekatan emosi yang sedang
Kreativitas akan dapat dihambat dengan suasana emosi yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan, atau rasa terpisah.
4.      Prestasi bukan angka
Orang tua anak kreatif menghargai prestasi anak, mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya, dan menghasilkan karya-karya yang baik.
5.      Orang tua aktif dan mandiri
Sikap orang tua terhadap diri sendiri amat penting karena orang tua merupakan model bagi anak.
6.      Menghargai kreativitas
Anak yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari orang tua untuk melakukan hal-hal yang kreatif.
Tumbuh dan berkembangnya kreasi diciptakan oleh individu, dipengaruhi oleh kebudayaan serta dari masyarakat dimana individu itu hidup dan bekerja. Tumbuh dan berkembangnya kreativitas dipengaruhi pula oleh banyak faktor terutama adalah karakter yang kuat, kecerdasan yang cukup dan lingkungan kultural yang mendukung. Munandar (2009) menyebutkan bahwa perkembangan kreativitas dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : 
  1. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari atau terdapat pada diri individu yang bersangkutan. Faktor ini meliputi keterbukaan, kemampuan untuk bermain atau bereksplorasi dengan unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep-konsep, serta membentuk kombinasi-kombinasi baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
  2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu yang bersangkutan. Faktor-faktor ini antara lain meliputi keamanan dan kebebasan psikologis, sarana atau fasilitas terhadap pandangan dan minat yang berbeda, adanya penghargaan bagi orang yang kreatif, adanya waktu bebas yang cukup dan kesempatan untuk menyendiri, dorongan untuk melakukan berbagai eksperimen dan kegiatan-kegiatan kreatif, dorongan untuk mengembangkan fantasi kognisi dan inisiatif serta penerimaan dan penghargaan terhadap individual.
Bukan hanya faktor-faktor non-kognitif seperti sifat, sikap, minat dan temperamen yang turut menentukan produksi lintas kreatif. Selain itu latihan dan pengemabangan aspek non-kognitif seperti sikap berani mencoba sesuatu, mengambil resiko, usaha meningkatkan minat dan motivasi berkreasi, pandai memanfaatkan waktu serta kepercayaan diri dan harga diri akan sangat menentukan kreativitas (Munandar, 2009).
Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya:
a.      Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)
Menurut Roger (dalam Munandar, 2009) setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers dalam Munandar, 2009). Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar (2009) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan. Menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kondisi internal (interal press) yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya:
  1. Keterbukaan terhadap pengalaman
  2. Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation)
  3. Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan konsep-konsep.

b.      Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
Munandar (2009) mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativitas individu. Rogers (dalam Munandar, 2009) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai dengan adanya:
1)      Keamanan psikologis
Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu:
a.       Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.
  1. Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam.
  2. Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya.
2)      Kebebasan psikologis
Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.
Menurut Hurlock (dalam Munandar, 2009) kepribadian merupakan faktor yang penting bagi pengembangan kreativitas. tindakan kreativitas muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungan. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Selain itu, terdapat pula faktor lainnya yang dapat menyebabkan munculnya variasi atau perbedaan kreativitas yang dimiliki individu (Harlock, 1993) yaitu:
a.       Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orang tua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
  1. Status sosial ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif daripada anak yang berasal dari sosial ekonomi kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
  1. Urutan kelahiran
Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan lingkungan dari pada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakangan dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orang tua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.
  1. Ukuran keluarga
Anak dari keluarga kecil cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar, cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosial ekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.
  1. Lingkungan kota vs lingkungan pedesaan
Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak lingkungan pedesaan.
  1. Inteligensi
Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.
Selain itu juga yang dapat mempengaruhi proses kreativitas seseorang, dari luar diri individu seperti hambatan sosial, organisasi dan kepemimpinan. Sedangkan dari dalam diri individu seperti pola pikir, paradigma, keyakinan, ketakutan, motivasi dan kebiasaan.

Menurut Munandar (2009) terdapat beberapa hal yang dapat menghambat pengembangan kreativitas yaitu:
1.       Evaluasi, menekankan salah satu syarat untuk memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi atau paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi.
  1. Hadiah, pemberian hadiah dapat merubah motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas.
  2. Persaingan (kompetisi), persaingan terjadi apabila siswa merasa bahwa pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa lain dan bahwa yang terbaik akan menerima hadiah. Hal ini dapat mematikan kreativitas.
  3. Lingkungan yang membatasi

Kendala lain yang juga diungkapkan oleh Munandar yaitu:
1.      Kendala dari rumah
Menurut Amabile (dalam Munandar, 2009) lingkungan keluarga dapat menghambat kreativitas anak dengan tidak menggunakan secara tepat empat pembunuh kreativitas yaitu evaluasi, hadiah, kompetisi dan pilihan atau lingkungan yang terbatas.
2.      Kendala dari sekolah
Ada beberapa hal yang dapat menghambat kreativitas antara lain:
a.       Sikap guru, tingkat motivasi instrinsik akan rendah jika guru terlalu banyak mengontrol, dan lebih tinggi jika guru member lebih banyak otonomi.
  1. Belajar dengan hafalan mekanis, hal ini dapat menghambat perkembangan kreativitas siswa karena materi pelajaran hanya cocok untuk menjawab soal pilihan ganda bukan penalaran.
  2. Kegagalan, semua siswa pernah mengalami kegagalan dalam kegagalan mereka tetapi frekuensi kegagalan dan cara bagaimana hal itu ditafsirkan mempunyai dampak nyata terhadap motivasi intrinsik dan kreativitas.
  3. Tekanan akan konformitas, anak-anak usia sekolah dapat saling menghambat kreativitas mereka dengan menekankan konformitas.
e.        Sistem sekolah, bagi anak yang memiliki minat-minat khusus dan kreativitas yang tinggi sekolah bisa sangat membosankan.
3.      Kendala konseptual
Adams (dalam Munandar, 2009) menggunakan istilah conceptual blocks yaitu dinding mental yang merintangi individu dalam pengamatan suatu masalah serta pertimbangan cara-cara pemecahannya. Kendala itu memiliki dua sifat yaitu eksternal dan internal.
a)      Kendala yang bersifat eksternal antara lain:
1.      Kendala kultural, menurut Adams (Munandar, 2009) ada beberapa contoh kendala kultural yaitu:
·         Berkhayal atau melamun adalah membuang-buang waktu.
·         Suka atau sikap bermain hanyalah cocok untuk anak-anak.
·         Kita harus berpikir logis, kritis, analitis dan tidak mengandalkan pada perasaan dan firasat.
·         Setiap masalah dapat dipecahkan dengan pemikiran ilmiah dan dengan uang yang banyak.
·         Ketertarikan pada tradisi.
·         Adanya atau berlakunya tabu.
2.      Kendala lingkungan dekat (fisik dan sosial), contoh kendala lingkungan dekat:
·         Kurang adanya kerja sama dan saling percaya antara anggota keluarga atau antara teman sejawat.
·         Majikan (orang tua) yang otokrat dan tidak terbuka terhadap ide-ide bawahannya (anak).
·         Ketidaknyamanan dalam keluarga atau pekerjaan.
·         Gangguan lingkungan, keributan atau kegelisahan.
·         Kurang adanya dukungan untuk mewujudkan gagasan-gagasan.
b)      Kendala yang bersifat internal antara lain:
1.      Kendala perceptual, kendala perceptual dapat berupa:
·         Kesulitan untuk mengisolasi masalah.
·         Kecenderungan untuk terlalu membatasi masalah.
·         Ketidakmampuan untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang.
·         Melihat apa yang diharapkan akan dilihat, pengamatan stereotip memberi label terlalu dini.
·         Kejenuhan, sehingga tidak peka lagi dalam pengamatan.
·         Ketidakmampuan untuk menggunakan semua masukan sensoris.
2.      Kendala emosional, kendala ini mewarnai dan membatasi bagaimana kita melihat, dan bagaimana kita berpikir tentang suatu masalah. Sebagai contoh:
·         Tidak adanya tantangan, masalah tersebut tidak menarik perhatian kita.
·         Semangat yang berlebih, terlalu bermotivasi untuk cepat berhasil, hanya dapat melihat satu jalan untuk diikuti.
·         Takut membuat kesalahan, takut gagal, takut mengambil resiko.
·         Tidak tenggang rasa terhadap ketaksaan (ambiguity) kebutuhan yang berlebih akan keteraturan dan keamanan.
·         Lebih suka menilai gagasan, daripada member gagasan.
·         Tidak dapat rileks atau berinkubasi.
3.      Kendala imajinasi, hal ini menghalangi kebebasan dalam menjajaki dan memanipulasi gagasan-gagasan. Contoh:
·         Pengendalian yang terlalu ketat terhadap alam pra-sadar atau tidak sadar.
·         Tidak memberi kesempatan pada daya imajinasi.
·         Ketidakmampuan untuk membedakan realitas dari fantasi.
4.      Kendala intelektual, hal ini timbul bila informasi dihimpun atau dirumuskan secara tidak benar. Contoh:
·         Kurang informasi atau informasi yang salah.
·         Tidak lentur dalam menggunakan strategi pemecahan masalah.
·         Perumusan masalah tidak tepat.
5.      Kendala dalam ungkapan, misalnya:
·         Keterampilan bahasa yang kurang untuk mengungkapkan gagasan.
·         Kelambatan dalam ungkapan secara tertulis. 
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kendala yang dapat menghambat kreativitas terdiri dari  kendala dari rumah, kendala dari sekolah dan kendala konseptual.
Jadi, potensi kreatif pada semua orang tergantung bagaimana cara mengembangkannya secara optimal agar tidak terhambat dan bias berkembang dengan baik.

2.6  Kendala-Kendala dalam Mengembangkan Bakat dan Kreativitas
Kendala terhadap produktifitas kreatif dapat bersifat internal, yaitu berasal dari individu itu sendiri. Dapat pula bersifat eksternal, yaitu terletak pada lingkungan individu, baik lingkungan makro maupun lingkungan mikro. Kendala internal yaitu keyakinan bahwa lingkunganlah yang menyebabkan dirinya tidak mempunyai kesempatan mengembangkan kreativitasnya. Kendala eksternal antara lain yaitu tentang evaluasi, pujian, perasaan diamati selagi mengerjakan sesuatu, pemberian hadiah dan persaingan.
Dalam situasi pendidikan, hendaknya tidak selalu hanya ditekankan produk yang dihasilkan. Proses bersibuk diri secara kreatif perlu juga mendapat penghargaan dari pendidik. Yang perlu dirangsang dan dipupuk adalah sikap dan minat untuk melibatkan diri dalam kegiatan kreatif. Mengembangkan kreativitas anak didik meliputi segi:
4.      Pengembangan kognitif, antara lain dilakuakn dengan merangsang kelancaran, kelenturan, dan keaslian dalam berpikir.
5.      Pengembangan afektif, dilakukan dengan memupuk siap dan minat untuk bersibuk diri secara kreatif.
6.      Pengembangan psikomotorik, dilakuakn dengan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memungkinkan siswa mengembangkan ketrampilannya dalam membuat karya-karya yang produk-inovatif.

2.7  Hal-Hal yang Dapat Dilakukan untuk Mengembangkan Kreativitas dan Bakat
a.       Menciptakan lingkungan yang merangsang kreativitas.
Mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik dengan mengenalkannya pada berbagai hal atau kegiatan, misalnya dengan melakukan eksprerimen sederhana, membuat kreasi, atau mengunjungi museum.
b.      Melibatkan anak dalam kegiatan curah ide (brainstorming)
Meminta peserta didik untuk melontarkan beragam ide dalam kelompok, dan kemudian membahas ide-ide yang dilontarkan. Semakin banyak ide yang dihasilkan, semakin besar kemungkinkan munculnya ide-ide yang unik.
c.       Memberikan kesempatan untuk bereksplorasi dan mencoba
Memberikan peserta didik kebebasan untuk melakukan eksplorasi, menemukan hal-hal baru, dan sesekali membuat kesalahan sehingga ia dapat belajar menelaah berbagai sudut pandang untuk memecahkan persoalan.
d.      Memunculkan motivasi internal
Menghargai setiap ide maupun karya yang dihasilkan peserta didk secara proporsional. Menghindari memberi kritik yang dapat menimbulkan kekecewaan pada peserta didik. Menghindari juga memberi pujian secara berlebihan. Hendaknya juga tidak selalu menghadapkan peserta didik pada situasi yang kompetitif.
e.       Mengembangkan cara berpikir yang fleksibel dan playful
Melatih peserta didik untuk menelaah berbagai sudut pandang dalam menghadapi persoalan.
f.       Mengenalkan anak dengan orang-orang yang kreatif
Mengenalkan peserta didik pada seseorang yang memiliki suatu karya dan diskusikan mengenai kemampuannya. Untuk mengembangkan bakat dan minat peserta didik, diperlukan beberapa faktor berikut:
7.      Stimulasi Faktor
Stimulan bakat dan minat bisa internal atau eksternal. Stimulan yang utama ialah kesadaran akan potensi diri, belajar dan terus belajar, konsentrasi dan fokus dengan kemampuan atau kelebihan diri kita. Jangan selalu melihat kepada kelemahan, karena waktu kita akan terbuang, sehingga bakat pun ikut terpendam dan minat jadi berkurang.
8.      Berusaha untuk Kreatif
Berusaha kreatif dengan mencari inspirasi dari mana saja, kapan saja,dan dari siapa saja. Kreativitas akan menuntun jalan kita menuju pengenalan dan pemahaman bakat, menumbuh kembangkan minat, sehingga kita dapat mengembangkannya agar bermanfaat untuk hidup kita.
9.      Pelihara Kejujuran dan Ketulusan.
Kita harus jujur mengakui bakat yang kita miliki sekalipun tidak begitu kita minati. Ketulusan menyukuri bakat dapat menumbuhkan minat meskipun perlu proses dan waktu. Bakat alami itu akan tetap ada, bisa dikembangkan dan dimanfaatkan dengan meningkatkan kekuatan minat. Misalnya, kita semua bisa menulis, bakat yang bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik daripada orang lain. Ketika bakat itu disertai dengan minat yang kuat, maka bakat itu akan berkembang lebih pesat dan berkualitas. Bakat itu akan mengundang kerinduan untuk melakukannya kembali, seperti energi yang mensuplai kebutuhan.
Peserta didik yang kreatif adalah peserta didik yang dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan baik. Perkembangan kemampuan dan kecerdasannya sering kali membuat kita bersikap dan berperilaku cukup aktif, banyak bergerak dan bersuara. Bakat itu harus dipaksakan. Kita tidak tahu bakat kita di mana kalau kita tidak pernah mencoba dan melakukan sesuatu. Bukti bahwa bakat harus dicari adalah fenomena riil, yakni banyak orang berganti-ganti pekerjaan yang pada hakikatnya adalah untuk mencari bakatnya. Bakat memang berperan dalam kehidupan siswa, namun latihan menciptakan sesuatu dengan menjadi pribadi kreatif akan membawanya pada puncak kesuksesan.



0 komentar:

Posting Komentar