BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS merupakan suatu pendekatan interdsipliner
(Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-Ilmu Sosial. Hal ini lebih
ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4)
bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari
sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi,
antropologi, politik. IPS (Ilmu Pengetauan Sosial) bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau
disiplin bidang akademik, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian
tentang gejala dan masalah sosial. Dalam kerangka kerja
pengkajiannya IPS menggunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk bidang ilmu
sosial. (Sumantri.
2001:89) mengemukakan bahwa IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan
sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam
nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun
ilmu pendidikan Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for
Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan
“Social Studies
IPS sebagai
satu program pendidikan tidak hanya menyajikan tentang konsep-konsep
pengetahuan semata, namun harus pula mampu membina peserta didik menjadi warga
masyarakat yang tahu akan hak dan kewajiban, yang juga memiliki tanggung jawab
atas kesejahteraan bersama baik terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah yang meliputi:
1. Ilmu Sosial (Social Science)
Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah
sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”.
Menurut Gross
(Kosasih Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang
mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada
manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia
bentuk.
Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku
kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan
mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
Dari ketiga pendapat tokoh di
atas dapat kami simpulkan bahwa Ilmu Sosial merupakan cabang ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang tingkah laku manusia baik dalam individu maupun
berkelompok dan terdiri dari disiplin-disiplin ilmu yang bertaraf akademis.
2. Studi Sosial (Social Studies)
Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan
atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian
tentang gejala dan masalah sosial. Achmad Sanusi (1971:18) memberi
penjelasan mengenai
studi sosial sebagai berikut:
Studi Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas,
bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar. dan dapat berfungsi selanjutnya sebagai pengantar bagi
lanjutan kepada disiplin-disiplin Ilmu Sosial. Studi Sosial bersifat
interdisipliner, dengan menetapkan pilihan judul atau masalah-masalah tertentu
berdasarkan sesuatu rangka referensi, dan meninjaunya dari beberapa sudut
sambil mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan lainnya.
Kerangka kerja Studi Sosial tidak menekankan pada
bidang teoretis, namun lebih kepada bidang-bidang praktis dalam mempelajari
gejala dan masalah-masalah sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat. Studi
Sosial tidak terlalu akademis-teoretis, namun merupakan satu pengetahuan
praktis dan dapat diajarkan pada tingkat persekolahan, yaitu mulai dari tingkat
Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Pendekatan yang digunakan Studi Sosial sangat berbeda
dengan pendekatan yang biasa digunakan dalam Ilmu Sosial. Pendekatan Studi
Sosial bersifat interdisipliner atau bersifat multidisipliner dengan
menggunakan berbagai bidang keilmuan. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam
Ilmu Sosial (Social Sciences) bersifat disipliner dari bidang ilmunya
masing-masing. Demikian pula pada tingkat dan taraf yang lebih rendah
pendekatan Studi Sosial lebih bersifat multidimensional, yaitu meninjau satu
gejala atau masalah sosial dari berbagai dimensi atau aspek kehidupan.
3. Pengetahuan Sosial (IPS)
Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur
pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social
Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama sebuah komite
yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari
pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat
pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu
Sosial yang mempunyai minat sama. Istilah IPS merupakan terjemahan dari istilah social studies. Dengan demikian IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian
tentang masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, dapat dilakukan dari berbagai
perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi
sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS
Adapun pengertian IPS di
Indonesia dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan IPS di antaranya:
a. Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah
perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial.
b. IPS menurut Nu’man Somantri mempunyai arti sebagai pelajaran ilmu-ilmu
sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP dan SLTA. Penyederhanaan, mengandung arti:
a) Menurunkan tingkat kesukaran
ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di Universitas, menjadi pelajaran
yang sesuai dengan kematangan berfikir para siswa siswi sekolah dasar dan
lanjutan,
b) Mempertautkan dan memadukan bahan
aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat, sehingga menjadi pelajaran
yang mudah dicerna.
c. S. Nasution, IPS adalah pelajaran yang merupakan suatu fusi
atau paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peranan manusia di
dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek:
sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi,
antropologi pemerintahan dan psikologi sosial.
d. Lebih Luas Tim IKIP Surabaya
mengemukakan bahwa
IPS adalah suatu bidang study yang menghormati, mempelajari, mengolah dan
membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benar-benar dapat dipahami
dan memperoleh pemecahannya. Penyajian harus merupakan bentuk yang terpadu dari
berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, di sederhanakan sesuai dengan
kepentingan sekolah-sekolah.
Dengan demikian, IPS bukan Ilmu sosial, pembelajaran IPS yang dilaksanakan, baik pada pendidikan dasar
maupun pada pendidikan tinggi, tidak menekankan pada aspek teoritis
keilmuaannya, melainkan lebih ditekankan pada aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala
dan masalah sosial masyarakat, yang tentu bobot dan keluasannya disesuaikan
dengan jenjang pendidikan masing-masing.
Adapun Lingkup kajian tentang masyarakat dalam IPS
dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas yaitu
lingkungan sekitar siswa maupun dalam lingkungan yang luas
yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa
lampau. Dengan demikian para siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat
menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa
lampau umat manusia.
Kegiatan
belajar mengajar IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut
ilmu sosial pada masa lampau, sekarang dan masa mendatang, baik pada lingkungan
yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa. Oleh karena itu, guru IPS
harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan suatu pendekatan yang terpadu
dari sejumlah mata pelajaran seperti: sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi,
antropologi, politik. IPS tidak menitikberatkan kepada bidang – bidang teoritis
tetapi lebih pada bidang praktis dalam mempelajari masalah – masalah sosial
ataupun gejala sosial yang terdapat dilingkungan masyarakat.
2.2 Hakikat IPS
Pada
hakikatnya IPS merupakan perpaduan pengetahuan sosial. Misalnya di tingkat SD
perpaduannya antara sejarah dan geografi, SMP perpaduannya antara sejarah,
geografi dan ekonomi koperasi, sedangkan di SMA perpaduannya antara sejara,
geografi, ekonomi koperasi, dan antropologi. Dan di perguruan tinggi IPS ini
dikenal dengan studi sosial dimana IPS dan Studi sosial merupakan perpaduan
berbagai keilmuan ilmu sosial. Jadi IPS merupakan penyederhanaan dan
penyaringan terhadap IIS yang penyajian di persekolahan disesuaikan dengan
tingkat pendidikan dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi tersebut.
Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya.
Hakikat dari IPS terutama jika disorot dari anak didik adalah: Sebagai
pengetahuan yang akan membina para generasi muda belajar ke arah positif yakni
mengadakan perubahan-perubahan sesuai kondisi yang diinginkan oleh dunia modern
atau sesuai daya kreasi pembangunan serta prinsip-prinsip dasar dan sistem
nilai yang dianut masyarakat serta membina kehidupan masa depan masyarakat
secara lebih cemerlang dan lebih baik untuk kelak diwariskan kepada
keturunannya secara lebih baik. IPS sebagai paduan dari sejumlah subjek (ilmu)
yang isinya menekankan pembentukan warga negara yang baik daripada menekankan
isi dan disiplin subjek tersebut. Dalam Kurikulum IPS 1975, dikatakan sebagai
berikut: IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan dan sejumlah mata
pelajaran sosial.
Bidang pengajaran IPS terutama akan berperan dalam pembinaan kecerdasan
keterampilan, pengetahuan, rasa tanggung jawab, dan demokrasi. Pokok-pokok
persoalan yang dijadikan bahan pembahasan difokuskan pada masalah
kemasyarakatan Indonesia yang aktual. IPS mengemban dua fungsi utama yaitu,
membina pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan yang bermanfaat bagi
pengembangan dan kelanjutan pendidikan siswa dan membina sikap yang selaras
dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 45.
Hubungan sosial yang dialami, makin meluas dari pengalaman, pengenalan
serta hubungan sosial tersebut, dalam diri seseorang akan tumbuh pengetahuan
tentang seluk-beluk hidup bermasyarakat. Berkenaan dengan kebutuhan tertentu
sifat-sifat orang lain, tempat yang pernah dikunjungi, hal-hal yang baik dan
buruk, hal-hal yang salah serta yang benar dalam hidup bermasyarakat.
Pengetahuan yang melekat pada diri seseorang termasuk yang melekat pada diri
kita masing-masing, dapat dirangkum sebagai “Pengetahuan Sosial”. Kelahiran
manusia yang kemudian diikuti oleh hubungan pergaulan, penjelajahan, pemenuhan
kebutuhan, dan lain sebagainya yang dialami dalam kehidupan di masyarakat serta
bermasyarakat telah membentuk pengetahuan social dalam diri kita masing-masing.
Dengan perkataan lain, dalam diri setiap orang tidak terkecuali, dengan kadar
yang berbeda baik kuantitatif maupun kualitatif, telah terbina pengetahuan
sosial. Hanya tentu saja berkenaan dengan namanya sangat tergantung pada
permintaan sekolah atau tidak. Sebutan sebagai pengetahuan social atau resminya
Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat IPS, baru diketahui setelah secara
formal kita bersekolah. Kehidupan manusia masyarakat dan bermasyarakat tidak
hanya meliputi aspek-aspek lain yang berhubungan satu sama lain. Kehidupan
manusia di masyarakat itu beraspek majemuk atau multiaspek. Tak usah kita
melihat keadaan yang jauh-jauh, hayatilah kehidupan kita masingmasing dalam
hubungan hidup dengan orang lain atau hidup di masyarakat. Tanpa busana atau
tidak berpakaian kita tidak akan berani berhubungan dengan orang lain. Baju
atau pakaian atau sandang, merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk hidup
bermasyarakat. Kebutuhan pokok lainnya yaitu makanan atau bahan pangan. Makan
bagi kita manusia, tidak hanya semata-mata untuk mempertahankan hidup,
melainkan juga sebagai kekuatan untuk mampu berhubungan dengan orang lain.
Bahkan makanan-makanan tertentu ada gengsi dan nilai sosialnya. Bagi masyarakat
tertentu, makan nasi atau nasi sebagai makanan pokok memiliki nilai sosial yang
lebih baik dibandingkan dengan hanya makan ketela atau umbi-umbian yang lain.
Pada hal nilai gizinya tidak jauh berbeda. Kebutuhan lain yang melekat dengan
manusia sebagai anggota masyarakat adalah kebutuhan tempat berlindung atau
rumah atau juga disebut papan. Rumah ini juga tidak hanya sekedar tempat
berlindung, melainkan juga ada gengsi dan nilai sosialnya. Pemilikan rumah ada
kebanggaan sosial tersendiri. Dari kenyataan yang demikian, dalam kehidupan di
masyarakat dan bermasyarakat, kebutuhan materi pokok yang meliputi pangan,
sandang, dan papan, selain memancarkan aspek ekonomi dari kehidupan tersebut,
juga terkait dengan aspek kejiwaan atau aspek psikologis. Keterkaitan
aspek-aspek tersebut, dapat Anda amati dan hayati dari kehidupan praktis
sehari-hari dari pengalaman Anda masing-masing. Kebutuhan hidup manusia sebagai
anggota masyarakat, tidak hanya terbatas pada kebutuhan ekonomi, melainkan juga
meliputi kebutuhan penambahan pengetahuan dan ilmu seperti yang Anda lakukan
saat ini tanpa menambah pengetahuan dan ilmu, kehidupan kita di masyarakat akan
tersisihkan dalam arti terdesak oleh orang yang lebih tinggi pengetahuan dan
ilmunya. Pengetahuan dan ilmu, sangat membantu kita manusia memanfaatkan sumber
daya bagi kesejahteraan. Oleh karena itu, pengetahuan dan ilmu ini
mengembangkan teknologi yang membantu kita meningkatkan kesejahteraan.
Keterkaitan antara pengetahuan, ilmu dan teknologi dalam kehidupan masyarakat
dewasa ini melahirkan ungkapan IPTEK sebagai singkatan dari ilmu pengetahuan
dan teknologi. Aspek kehidupan ini, merupakan ungkapan kemampuan manusia
memanfaatkan akal pikirannya. Dalam memenuhi tuntutan hidup bermasyarakat.
Aspek kehidupan tersebut merupakan aspek budaya yang menjadi salah satu ciri
kemampuan manusia memanfaatkan akal pikirannya dalam memenuhi tuntutan hidup
bermasyarakat. Aspek kehidupan merupakan aspek budaya yang menjadi salah satu
ciri kemampuan umat manusia yang berbeda dengan makhluk hidup non-manusia.
Budaya sesungguhnya berasal dari kata buddhayah (bahasa Sansekerta} yang
berarti “akal”. Dengan demikian, aspek budaya yang sedang kita bicarakan, tidak
lain aspek kehidupan manusia dalam memanfaatkan dan mengembangkan kemampuan
akal bagi kepentingan hidup manusia itu sendiri. Jika kita telaah dan hayati
secara mendalam, pengembangan aspek budaya tidak dapat dilepaskan dari aspek
ekonomi. Anda menambah pengetahuan, mengembangkan ilmu dan menguasai teknologi,
bukan semata-mata untuk kepentingan IPTEK, melainkan terkait dengan tujuan
mensejahterakan serta memakmurkan kehidupan Anda sendiri, yang akhirnya juga
mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu, aspek budaya ini sangat erat
hubungannya dengan aspek ekonomi. Selanjutnya, Anda dapat menghayati sendiri
penguasaan IPTEK yang makin meningkat, juga meningkatkan kepercayaan diri,
kebanggaan diri dan kemampuan intelektual dalam menghadapi berbagai masalah.
Dengan demikian, aspek budaya ini berkaitan dengan aspek psikologi. Cobalah
Anda amati keadaan di sekitar Anda, baik di lingkungan kabupaten sampai di
lingkungan negara. Betapa cepatnya perubahan lingkungan sebagai akibat
pemanfaatan dan penerapan IPTEK. Pembangunan gedung-gedung, jembatan, jalan dan
seterusnya yang makin menunjang kehidupan, merupakan ungkapan nyata aspek
budaya dalam bentuk penerapan IPTEK tersebut. Namun demikian, kita dapat
menelaah ke belakang sekitar 10 atau 20 tahun yang lalu, bagaimana keadaan
lingkungan kota atau membandingkan kemajuan hari ini dengan 10 atau 20 tahun
yang lalu. Keadaan lingkungan kota atau desa bahkan Negara itu? Bahkan lebih
jauh lagi, kita dapat membandingkan kemajuan hari ini dengan keadaan pada zaman
penjajahan Belanda dan penjajahan Jepang yang telah lampau. Dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, urutan waktu dengan peristiwa sangat
bermakna dalam menelaah perkembangan serta kemajuan. Urutan waktu dengan
peristiwa yang merupakan aspek sejarah dalam kehidupan manusia, memiliki arti
yang berharga bagi kita manusia sendiri. Dengan menelaah waktu dan peristiwa
selain dapat mengkaji perkembangan serta kemajuan, juga dapat mengembangkan
kewaspadaan terhadap peristiwa-peristiwa masa lampau yang membawa malapetaka
bagi umat manusia. Dengan memperhatikan aspek sejarah ini, kita manusia dapat
menghindari keburukan masa lampau yang merugikan umat manusia. Selanjutnya
juga, dengan menelaah aspek sejarah tersebut kita dapat memproyeksikan kemajuan
di masa yang akan datang. Oleh karena itu ada ungkapan “Harus Belajar dari
Sejarah”, yang bermakna kewaspadaan terhadap pengalaman buruk masa lampau
supaya tidak terulang lagi. Kehidupan manusia tidak hanya terkait dengan aspek
waktu atau aspek sejarah, melainkan terkait juga dengan aspek tempat atau aspek
ruang. Peristiwa kehidupan manusia, tidak hanya dicirikan oleh waktunya,
melainkan terkait dengan ruang dan tempat kejadiannya. Suatu tempat atau ruang
di muka bumi, secara alamiah dicirikan oleh kondisi alamnya yang meliputi alam
dan cuaca, jenis serta kesuburan tanah, sumber daya air, ketinggian dari
permukaan laut, jaraknya dari pantai dan sifat-sifat alamiah lainnya.
Keseluruhan kondisi alam tadi mencirikan karakter alamiah setempat yang
memberikan “peluang” kepada manusia penghuninya untuk mengembangkan suatu pola
kehidupan. Tempat atau ruang permukaan bumi yang lebih karakter kelautan atau
maritin, memberikan peluang kepada manusia yang menjadi pendukungnya untuk
mengembangkan pola kehidupan sebagai nelayan. Kondisi ruang permukaan bumi yang
beriklim lembab kaya akan sumber daya air dan tanahnya subur, memberikan
peluang pada penduduk manusia, sebagai penghuninya untuk mengembangkan
peternakan ekstensif atau paling tidak penggembalaan. Hubungan ke ruangan
(spatial relation) antara faktor alam (iklim, kesuburan tanah, kekayaan sumber
daya air, ketinggian dari permukaan laut, jarak dari pantai, bentuk permukaan,
tumbuh-tumbuhan penutup permukaan lahan, dan sebagainya) dengan (jumlah
penduduk, kualitas penduduk, mata pencaharian, penguasaan IPTEK, dan
lain-lainnya) di sesuatu tempat di permukaan bumi, memberikan karakter (ciri
khas) pada tempat tersebut. Keadaan yang demikian itu dalam kehidupan manusia
termasuk dalam aspek geografi. Aspek ini dapat dijadikan petunjuk tentang
karakteristik setempat yang berhubungan dengan masalah kehidupan manusia yang
terkait dengan kondisi setempat. Oleh karena itu aspek sejarah dengan aspek
geografi ini tidak dapat diabaikan dalam menelaah kehidupan manusia di
masyarakat dan bermasyarakat. Apabila kita amati dan kita hayati lebih luas
lagi, pada masyarakat “sederhana” yang belum memiliki aturan-aturan dan tata
tertib yang tertulis seperti di masyarakat “suku anak dalam” aspek politik pada
mereka sangat kuat dalam mengatur hidup serta kehidupan mereka.
Di tingkat bangsa dan Negara, aspek politik ini telah ditentukan secara
tertulis dalam Undang-Undang, baik berkenaan dengan hukum dengan peraturannya,
maupun berkenaan dengan hak serta kewajiban para warganya. Aspek politik inilah
yang mengatur kesejahteraan, ketentraman dan keamanan masyarakat dalam hal ini
bangsa dan negara. Kehidupan itu beraspek majemuk (saling berkaitan), yang
meliputi aspek-aspek hubungan sosial, ekonomi, pisikologi, budaya sejarah,
geografi, dan politik. Dalam kajian yang lebih mendalam, aspek-aspek tersebut
dipelajari dalam ilmu-ilmu sosial. Segala hal yang berhubungan dengan aspek
hubungan sosial yang meliputi proses, faktor, perkembangan permasalahan dan
lain-lain sebagainya, dipelajari serta dikaji dalam ilmu yang disebut
sosiologi. Aspek ekonomi yang meliputi perkembangan, faktor dan permasalahan,
dipelajari serta dikaji dalam bidang ilmu yang disebut ilmu ekonomi. Aspek
pisikiogi dengan segala permasalahanya, dipelajari dan dikaji dalam bidang ilmu
yang dinamai pisikologi sosial. Sedangkan aspek budaya dengan segala
permasalahan dan perkembangannya, dipelajari dan dikaji dalam bidang ilmu yang
disebut antropologi. Aspek sejarah yang tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan hidup manusia, dipelajari dan dikaji dalam ilmu sejarah. Aspek
geografi memberikan karakter ruang terhadap kehidupan manusia di masyarakat dan
bermasyarakat, dipelajari serta dikaji lebih lanjut dalam bidang ilmu yang
disebut geografi Dan akhirnya aspek politik yang menjadi landasan keutuhan dan
kesejahteraan masyarakat dipelajari serta dikaji secara lebih mendalam pada
bidang ilmu yang disebut ilmu politik. Norma, nilai, bahasa, seni dan
sebagainya yang menjadi komponen dalam kehidupan manusia, termasuk dalam bidang
keilmuan yang disebut Humaniora (lumtanity). Aspek-aspek tersebut tidak
termasuk dalam bidang ilmu-ilmu sosial. Namun secara garis besar, norma sosial
dipelajari dan dikaji juga dalam sosiologi sedangkan dalam budaya, seni dan
bahasa sebagai bagian dari aspek budaya dikaji juga dalam antropologi. Apabila
kita telaah dengan cermat, ilmu-ilmu sosial dengan Humaniora dua kajian yang
berbeda, namun berkenaan dengan obyek yang sama, yaitu kehidupan manusia di
masyarakat. IPS sendiri, mengintegrasikan keduanya oleh karena itu ilmu
pengetahuan sosial (IPS). Tidak lain adalah “mata pelajaran atau mata kuliah
yang mempelajari kehidupan sosial yang dikajinya mengintegrasikan dalam bidang ilmu-ilmu
sosial dan “Humaniora. Pengetahuan sosial yang diperoleh secara alamiah dan
kehidupan sehari-hari, telah ada pada diri kita masing-masing. Namun hal
tersebut belum cukup, mengingat kehidupan bermasyarakat dengan segala
persoalannya makin berkembang. Untuk menghadapi kehidupan yang demikian itu
pengetahuan sosial yang diperoleh secara alamiah tidak cukup, pendidikan formal
khususnya pendidikan IPS di sekolah menjadi tuntutan yang tidak dapat
diabaikan. Sesuai dengan tantangan-tantangan, pendidikan IPS ini bertujuan
“membina anak didik menjadi warga Negara yang baik, yang memiliki pengetahuan,
keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi
masyarakat dan negara” untuk merealisasikan tujuan tersebut, proses belajar mengajar
dan membelajarkannya, tidak hanya terbatas pada aspek-aspek pengetahuan
(kognitif) dan keterampilan (psikomotor) saja, melainkan meliputi juga aspek
akhlak (afektif) dalam menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan
masalah, tantangan, hambatan dan persaingan ini. Melalui pendidikan IPS, anak
didik dibina dan dikembangkan kemampuan mental-intelektualnya menjadi warga
negara yang berketerampilan dan berkepedulian sosial serta bertanggung jawab
sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Selanjutnya pendidikan IPS juga berfungsi mengembangkan keterampilan,
terutama keterampilan sosial dan keterampilan intelektual. Keterampilan sosial
yaitu keterampilan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan
kehidupan bermasyarakat, seperti bekerja sama, bergotong-royong, menolong orang
yang memerlukan, dan melakukan tindakan secara cepat dalam memecahkan persoalan
di masyarakat. Sedangkan keterampilan intelektual, yaitu keterampilan berpikir,
kecekatan dan kecepatan memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi
permasalahan sosial di masyarakat. Hal yang lain dari fungsi IPS sebagai
pendidikan, yaitu mengembangkan perhatian dan kepedulian sosial anak didik
terhadap kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat. Dengan pengetahuan sosial
yang berguna, keterampilan sosial dan intelektual serta perhatian dan
kepedulian sosial, dapat diharapkan terbinanya Sumber Daya Manusia (SDM)
Indonesia yang akan datang yang berpengetahuan, terampil, cendekia, dan
mempunyai tanggung jawab sosial yang tinggi dan mampu merealisasikan tujuan
nasional menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Dengan singkat dapat dikemukakan bahwa fungsi IPS
sebagai pendidikan, yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang
berguna, keterampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta
kepedulian sosialnya sebagai SDM Indonesia yang bertanggung jawab
merealisasikan tujuan nasional.
2.3 Tujuan Pendidikan IPS
Berdasarkan pada falsafah negara, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan
nasional, yaitu:
Membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan
untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat
menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan
kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai
bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam
UUD 1945.
IPS (Ilmu Pengetauan Sosial) bukan merupakan suatu
bidang keilmuan atau disiplin bidang akademik, melainkan lebih merupakan suatu
bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial.
Dalam kerangka kerja pengkajiannya IPS menggunakan bidang-bidang keilmuan yang
termasuk bidang ilmu sosial. Kemajuan IPTEK menyebabkan cepatnya komunikasi antara
orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya.
Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh
karena itu diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan
menguasai dunia”.
Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan oleh
kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian dari
permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi seperti
daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan akan
mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang menempatinya. Lebih jelasnya
Anda dapat mencermati contoh berikut ini.
a. Corak kehidupan masyarakat di tepi pantai utara Jawa
yang bentuknya landai dengan laut yang tenang dan tidak begitu tinggi serta
arus angin yang tidak begitu kencang, sangat menguntungkan bagi masyarakat
untuk mencari ikan. Hal ini disebabkan ikan banyak berkumpul di kawasan laut yang dangkal dan yang masih tertembus sinar matahari. Oleh karena itu
mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Hampir semua
pelabuhan-pelabuhan besar di pulau Jawa sebagian besar terletak di pantai utara
Jawa.
b. Dataran rendah yang meliputi daerah pantai sampai
ketinggian 700 meter di atas permukaan laut merupakan kawasan yang cadangan
airnya cukup, di dukung oleh
iklimnya yang cocok, merupakan potensi alam yang cocok untuk dikembangkan sebagai areal pertanian, misalnya
Karawang, Bekasi, Indramayu, Subang dan sebagainya. Dataran tinggi yang
beriklim sejuk, dengan cadangan air yang sudah semakin berkurang maka sistem
pertanian yang dikembangkan adalah pertanian lahan kering dan holtikultura
seperti sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias.
c. Daerah pegunungan yang memiliki corak tersendiri.
Karena sedikitnya persediaan air tanah, mengakibatkan pemukiman penduduk
terpusat di lembah-lembah atau mendekati alur sungai. Hal ini dikarenakan mereka berusaha untuk mendapatkan sumber air yang
relatif mudah. Ladang yang mereka usahakan biasanya terletak di lembah
pegunungan.
Setelah kita pelajari ternyata kehidupan itu banyak aspeknya, yaitu
meliputi:
a) Hubungan sosial: semua hal yang berhubungan dengan
interaksi manusia tentang proses, faktor-faktor, perkembangan, dan
permasalahannya dipelajari dalam ilmu sosiologi
a) Ekonomi: berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
manusia, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi
b) Psikologi: dibahas dalam ilmu psikologi
c) Budaya: dipelajari dalam ilmu antropologi
d) Sejarah: berhubungan dengan waktu dan perkembangan
kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah
e) Geografi: hubungan ruang dan tempat yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia
dipelajari dalam ilmu geografi
f) Politik: berhubungan dengan norma, nilai, dan
kepemimpinan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dipelajari dalam ilmu
politik
g) Pendidikan IPS dapat memberikan
kontribusi yang cukup besar dalam mengatasi masalah sosial, sebab pendidikan
IPS memiliki fungsi dan peran dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk
memperoleh bekal pengetahuan tentang harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk sosial, keterampilan menerapkan pengetahuan tersebut dan mampu bersikap
berdasarkan nilai dan norma sehingga mampu hidup bermasyarakat.
Tujuan utama social studies (IPS) adalah
membantu generasi muda mengembangkan kemampuan pengetahuan dan keputusan yang
rasional sebagai warga masyarakat yang beraneka budaya, masyarakat demokratis
dalam dunia yang saling berketergantungan (NCSS, 2008:2).
a) Menurut Waterwroth, (2007:
5), menyebutkan
bahwa tujuan social studies (IPS) adalah untuk mempersiapkan
siswa menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupannya
di masyarakat, dimana secara tegas ia mengatakan "to prepare students
to be well-functioning citizens in a democratic society"
b) Menurut
KTSP (2006)
Tujuan
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
a.
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya
b.
Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan
kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial
c.
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap
nilai-nilai sosial kemanusiaan
d.
Memiliki kemampuan berkomunikai, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk dan di tingkat lokal, nasional,
global.
Di sisi lain, melalui pembelajaran IPS diharapkan
mampu dikembangkan aspek pengetahuan dan pengertian (knowledge and
understanding), aspek sikap dan nilai (atitude and value), dan aspek
keterampilan (skill) (Skeel, 1995; Jarolimek, 1993). Untuk skala Indonesia,
maka tujuan IPS khususnya pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar
sebagimana tercantum dalam Kurikulum IPS-SD Tahun 2006 adalah agar peserta
didik mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi
dirinya dalam kehidupannya sehari-hari (Depdiknas, 2006). Ilmu pengetahuan
sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, yaitu
lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh berkembang sebagai bagian dari
masyarakat, dan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di
lingkungan sekitarnya.
Tujuan
mempelajari ilmu pengetahuan sosial di Indonesia untuk memberikan pengetahuan
yang merupakan kemampuan untuk mengingat kembali atau mengenal kembali atau
mengenal ide-ide atau penemuan yang telah dialami dalam bentuk yang sama atau
dialami sebelumnya. Kemampuan dan keterampilan, yaitu kemampuan untuk menemukan
informasi yang tepat dan teknik dalam pengalaman seorang siswa untuk
menolongnya memecahkan masalah-masalah baru atau menghadapi pengalaman baru.
Tujuan yang bersifat afektif, berupa pengembangan sikap-sikap, pengertian-pengertian
dan nilai-nilai yang akan meningkatkan pola hidup demokratis dan menolong siswa
mengembangkan filsafat hidupnya. Tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS), secara umum dikemukakan oleh Fenton
(1967), adalah mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik,
mengajar anak didik agar mempunyai kemampuan berpikir dan dapat melanjutkan
kebudayaan bangsa, Sedangkan Clark
dalam bukunya, Social Studies in Secondary School, A Hand Book (1973)
menyatakan bahwa studi social menitikberatkan pada perkembangan individu yang
dapat memahami lingkungan sosialnya, manusia dengan segala kegiatannya dan
interaksi antar mereka. Dalam hal ini anak didik diharapkan dapat menjadi
anggota yang produktif, berpartisipasi dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai
rasa tanggung jawab, tolong menolong dengan sesamanya, dan dapat mengembangkan
nilai-nilai dan ide-ide dari masyarakatnya (Thamrin
Talut, 1980:2).
Jadi
tujuan utama pengajaran Social Studies (IPS) adalah untuk memperkaya dan
mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam
lingkungannya dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat
yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih
baik. Di Indonesia telah menjadi konsensus nasional yang tidak dapat ditawar
lagi bahwa Pancasila menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa Indonesia. Oleh
karena itu pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan Pancasila
sebagaimana telah dicantumkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
sebagai berikut: Pendidikan Nasional berlandaskan atas Pancasila dan bertujuan
untuk meningkatkan ketakwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal
semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang
dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-bersama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa. (Ketetapan MPR- RI, 1978:12). Tujuan Pendidikan Nasional
yang digariskan dalam GBHN merupakan tugas pendidikan yang cukup berat tetapi
sangat mulia. Sebab tujuan Pendidikan Nasional tersebut menciptakan manusia pembangunan
yang cerdas, takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti tinggi,
mempunyai semangat kebangsaan, dan berketerampilan tinggi. IPS sebagai komponen
kurikulum sekolah merupakan kesempatan yang baik untuk membina afeksi, kognisi,
dan psikomotor pada anak didik untuk menjadi manusia pembangunan Indonesia,
dalam hal ini pengajaran IPS berkewajiban membentuk tenaga kerja yang terampil
dan berpendidikan. Jadi tujuan Pendidikan Nasional Indonesia harus menciptakan
manusia pembangunan yang berkepribadian Pancasila, yakni manusia pembangunan
yang tidak hanya sadar akan kepentingan hidup masyarakat pada masa kini saja,
tetapi juga memiliki kesadaran dan perspektif kehidupan untuk masa yang akan
datang. Selain itu manusia pembangunan yang berkepribadian Pancasila harus
memiliki wawasan hidup dengan segala permasalahannya pada masa yang akan
datang. Kondisi kepribadian semacam itulah yang merupakan salah satu jaminan
lancarnya pembangunan Nasional. Selanjutnya tujuan kurikuler merupakan
penjabaran tujuan institusional sesuai dengan bidang studi yang dicantumkan
dalam kurikulum tiap jenis pendidikan. Kurikulum itu sendiri merupakan alat
penjabaran dan pengungkapan harapan-harapan pendidikan ke dalam bentuk realita
konkret (Edward K, 1957:1) oleh
karena itu tujuan kurikuler dan kurikulum nasional tidak dapat dilepaskan dari
kepentingan nasional dan kepentingan anak didik.
Mengingat
hakikat IPS merupakan perpaduan pengetahuan dari pengetahuan dari ilmu-ilmu
sosial dan harus mencerminkan sifat interdisipliner, maka tujuan kurikuler
pengajaran IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:
1. Membekali anak didik dengan
kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan
masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat
2. Membekali anak didik dengan
kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai
bidang keilmuan serta berbagai keahlian
3. Membekali anak didik dengan
keadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap lingkungan hidup
yang menjadi bagian dari kehidupan integralnya
4. Membekali anak didik dengan
kemampuan mengembangkan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan,
perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu dan teknologi (Nursid Sumaatmajda,
1980:48).
Hal-hal
yang harus dicapai tujuan kurikuler pengajaran IPS di berbagai jenis dan
jenjang pendidikan harus selalu disesuaikan dengan kadar jenis dan dan jenjang
pendidikan masing-masing. Akhirnya, penjabaran lebih lanjut kurikuler yang
secara operasional yang dicapai dan dapat diukur pada proses belajar mengajar
adalah tujuan instruksional suatu bidang studi. Tujuan instruksional merupakan
unsur yang fundamental dari tujuan yang bersifat umum dan tinggi kedudukannya.
Berdasarkan
taksonomi tujuan pendidikan dari (Bloom
Benjamin, 1956:6), tujuan instruksional dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Cognitive Domain, dalam ranah
kognitif dapat dikatakan bahwa pembahasan IPS mengenai manusia dan dunianya itu
harus dapat di nalar supaya dapat dijadikan alat pengambilan keputusan yang
rasional dan tepat. Jadi bahan kajian IPS bukanlah hal yang bersifat hafalan
belaka, melainkan konsep dan generalisasi yang di ambil dari analisis tentang
manusia dan lingkungannya. Pengetahuan yang diperoleh dengan pengertian dan pemahaman
akan lebih fungsional. Perolehan pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki
siswa diharapkan dapat mendorong tindakan yang berdasarkan nalar, selanjutnya
dapat diterapkan dalam kehidupannya.
b. Afective Domain, nilai dan sikap
merupakan hal yang penting dalam ranah afektif, terutama nilai dan sikap
terhadap masyarakat dan kemanusiaan. Sebagai contohnya, menghargai martabat
manusia dan peka terhadap perasaan orang lain lebih-lebih nilai dan sikap
terhadap negara dan bangsa.
c. Psychomotor Domain
2.4
Pentingnya IPS dalam Program
Pendidikan
Ilmu
pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusi dengan lingkungannya.
Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian
dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di
lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu peserta didik dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin
mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya, (Kokasih, 1994).
Setiap
orang sejak lahir, tidak terpisahkan dari orang lain. Khususnya dari orang tua
dan lebih khusus lagi dari ibu yang melahirkannya. Sejak saat itu si bayi telah
melakukan hubungan dengan orang lain, terutama dengan ibunya dan dengan anggota
keluarga lainnya. Meskipun masih sepihak, artiya dari orang-orang lebih tua
terhadap dirinya, hubungan sosial itu telah terjadi. Tanpa hubungan sosial dan
bantuan dari anggota keluarga lain, terutama dari ibu si bayi, si bayi tidak
akan berdaya dan tidak mampu berkembang menjadi manusia yang dewasa.
Selanjutnya dalam pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani sesuai dengan
penambahan umur serta pengalaman terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya
makin berkembang dan meluas. Sebutan sebagai pengetahuan sosial atau resminya
IPS baru diketahui secara formal ketika kita bersekolah. Dengan demikian maka
IPS dianggap sebagai ilmu yang mempelajari tentang manusia serta untuk
mempolakan sejauh sejauh mana manusia itu berhubungan dengan orang lain dalam
suatu kelompok. Pada abad ke-20 ditandai dengan terjadinya perkembangan pesat
pada berbagai bidang kehidupan, seperti timbulnya ledakan penduduk, ledakan
ilmu pengetahuan, dan ledakan teknologi. Hal tersebut menimbulkan berbagai
masalah di dalam masyarakat seperti:
a. Permasalahan yang menyangkut
pengorganisasian antara lain di bidang pemerintahan, perundang-undangan,
pendidikan, penyediaan keperluan hidup, kesehatan, dan kesejahteraan
b. Ketegangan-ketegangan di dalam
masyarakat baik dalam arti psikis maupun fisik misalnya, keseimbangan
lingkungan, polusi, dan masalah lalu lintas
c. Masalah pertentangan dan
kekaburan nilai
Akibat
dari hal-hat tersebut terjadi gejala kehilangan pandangan menyeluruh, timbulnya
spesialisasi yang makin intensif di bidang ilmu pengetahuan, misalnya
mengakibatkan ketidakpastian diri, terampas rasa identitas individu, kehilangan
nilai-nilai sosial dan tujuan etis. Mata Pelajaran IPS diperlukan sebagai:
a. Pengalaman hidup masa lampau
dengan situasi sosialnya yang labil memerlukan masa depan yang mantap dan utuh
sebagai suatu bangsa yang bulat
b. Laju perkembangan kehidupan,
teknologi, dan budaya Indonesia memerlukan kebijakan pendidikan yang seirama
dengan laju tersebut
c. Agar output persekolahan
benar-benar lebih cocok dan sesuai serta bermanfaat
d. Setiap orang akan dan harus
terjun ke dalam kancah kehidupan masyarakat
Dilihat
dari oesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana dunia
pendidikan selalu tertinggal dibandingkan dengan perkembangan kebutuhan
masyarakat, maka IPS diperlukan sebagai wadah ilmu pengetahuan yang
mengharmoniskan laju perkembangan ilmu dan kehidupan dalam dunia pengajaran. Sebab
IPS mampu melakukan lompatan-lompatan ilmu secara konsepsional untuk
kepentingan praktis kehidupan yang baru, sesuai dengan perkembangan jaman. IPS
oleh para pendirinya secara sengaja diciptakan dan dibina kearah menuntun
generasi muda mampu hidup dalam alamnya (jaman dan lingkungannya) dengan bekla
pengetahuan yang baru. Karena IPS diarahkan demikian, maka susunan
konsep-konsep dalam IPS sungguh sangat kompleks dan bervariasi dari berbagai
cabang ilmu sosial. Tuntutan dan persoalan kehidupan praktis adalah buah dari
lajunya pengetahuan dan teknologi yang menarik lajunya kehidupan masyarakat.
Oleh sebab itu, IPS harus berorientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut.
Di
dalam kehidupan modern dengan komunikasi yang serba lancar dan cepat, hubungan
antar orang menjadi makin intensif, dan peristiwa-peristiwa makin kompleks.
Para pendidik sama-sama menyadari bahwa pengetahuan mengenai saling hubungan
antara orang dengan orang, orang dengan benda-benda kebutuhan hidup, orang
dengan lembaga, dan orang dengan lingkungan perlu lebih dikembangkan dan
dimiliki oleh anak didik. Dengan bekal pengetahuan tersebut diharapkan bahwa
hubungan antar orang, antar kelompok, antar lembaga dan antar bangsa, akan
terjalin lebih lancar, kepincangan dan ketegangan sosial akan teratasi,
sehingga dapat tercapai kehidupan masyarakat yang serasi. IPS merupakan
perwujudan dari satu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu
sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial antara
lain: Sosiologi, Antropologi Budaya, Sejarah, Psikologi Sosial, Geografi,
Ekonomi, Politik, dan Ekologi. IPS berusaha mengintegrasikan materi dari
berbagai ilmu sosial dengan menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat di
sekitarnya. IPS merupakan aspek penting dari ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan
diadaptasikan untuk digunakan dalam pengajaran di sekolah. IPS bukan ilmu
sosial, sungguhpun bidang perhatiannya sama yaitu hubungan timbal balik di
kalangan manusia. IPS hanya terdapat pada program pengajaran sekolah
semata-mata. Ilmu-ilmu sosial dipolakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
manusia misalnya melalui penelitian, penemuan, atau eksperimen. IPS dipolakan
untuk tujuan-tujuan pembelajaran dengan materi sesederhana mungkin, menarik,
mudah dimengerti, dan mudah dipelajari.
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi
bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan
bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan
tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang
mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru
dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode dan strategi pembelajaran
senantiasa terus ditingkatkan (Kosasih,
1994), agar pembelajaran Pendidikan IPS benar-benar mampu mengondisikan
upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi peserta didik untuk
menjadi manusia dan warga negara yang baik. Hal ini dikarenakan pengondisian
iklim belajar merupakan aspek penting bagi tercapainya tujuan pendidikan (Azis Wahab, 1986).
Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan
pada peserta didik. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya
mencecoki atau menjejali peserta didik dengan sejumlah konsep yang bersifat
hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa
yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam
melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di sinilah
sebenarnya penekanan misi dari pendidikan IPS. Oleh karena itu, rancangan
pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna
dan bermanfaat bagi siswa (Kosasih, 1994; Hamid Hasan, 1996).
Tujuan utama
Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental
positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya
sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala
program-program pembelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari
rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan Mutakin, 1998).
1.
Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya,
melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
2.
Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang
diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah sosial.
3.
Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan
untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
4.
Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu
membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
5.
Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri
agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.
pengembangan keterampilan pembuatan keputusan.
6.
Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.
7.
Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat
menghakimi.
8.
Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya “to
prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society’ dan
mengembangkan kemampuan siswa mengunakan penalaran dalam mengambil keputusan
pada setiap persoalan yang dihadapinya.
9.
Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa
terhadap materi Pembelajaran IPS yang diberikan.
0 komentar:
Posting Komentar