Pages

Jumat, 20 Mei 2016

Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas Pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pengertian
1.        Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik. Arti dari disengaja sebenarnya proses belajar timbul karena ada suatu niatan. Sedangkan perubahan itu misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan sesuatu dan lain sebagainya. Perubahan tersebut adalah perubahan yang timbul karena adanya pengalaman dan latihan. Jadi belajar bukanlah suatu hasil, akan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan menuntut ilmu. Proses belajar adalah mengalami, berbuat mereaksi dan melampaui (under going).
2.        Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
3.        Pengertian Prinsip
1.    Prinsip merupakan sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama (Badudu &Zein, 2001:1089).
2.    Prinsip merupakan sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak dsb (Syah Djanilus, 1993).
3.    Prinsip merupakan sesuatu kebenaran yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya (Dardiri, 1996)
Dari beberapa pendapat tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa prinsip merupakan suatu pola pikir yang kita gunakan sebagai panutan karena kebenarannya telah terbukti.

4.        Pengertian Prinsip Belajar
1.         Menurut Gestalt
Prinsip belajar adalah suatu transfer belajar antara pendidik dan peserta didik sehingga mengalami perkembangan dari proses interaksi belajar mengajar yang dilakukan secara terus menerus dan diharapkan peserta didik akan mampu menghadapi permasalahan dengan sendirinya melalui teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang sudah diterimanya.
2.         Robert H Davie
Suatu komunikasi terbuka antara pendidik dengan peserta didik sehingga peserta didik termotivasi belajar yang bermanfaat bagi dirinya melalui contoh-contoh dan kegiatan praktek yang diberikan pendidik lewat metode yang menyenangkan peserta didik.
Berdasarkan Pendapat para Ahli, disimpulkan bahwa Prinsip Belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.

2.2    Prinsip-Prinsip Belajar
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lainnya memiliki persamaan dan perbadaan. Dari berbagai prinsip tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung berpengalaman, pengulangan tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
1.        Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Barliner, 1984: 335). Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan belajar sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan motivasinya. Sikap siswa, seperti halnya motif menimbulkan dan mengarahkan aktivitasnya. Intensif, suatu hadiah yang diharapkan diperoleh sesudah melakukan kegiatan, dapat menimbulkan motif.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang tua, teman, dsb. Motivasi juga dibedakan atas:
a.    Motif instrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Motif ini dapat bersifat internal (datang dari diri sendiri) dan dapat juga bersifat eksternal (datang dari luar).
b.    Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Sebagai contoh, siswa belajar sungguh-sungguh bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Motif ini bisa bersifat internal maupun eksternal, walaupun lebih banyak bersifat eksternal. Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif instrinsik yang disebut “transformatif motif”. Contohnya, seorang siswa belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi guru. Mula-mula, motifnya adalah ekstrinsik, yaitu ingin menyenangkan orang tuanya, tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru.
2.    Keaktifan
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekadar pembimbing dan pengarah (John Dewey 1916, dalam Davies, 1937: 31).
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. (Gage and Barliner 1984: 267). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan. Tromdike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, sosial” (Mc Keachie, 1976: 230 dari Gledler MEB terjemahan Munandir, 1991: 105).
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik dapat berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dsb. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.

3.    Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati cara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Contohnya, seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam pembuatan (direct performance), bukan sekadar melihat bagaimana orang membuat tempe (demonstrating), apalagi sekadar mendengan orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe (telling). Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “learning by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
4.    Pegulangan
a.    Menurut teori “psikologi daya” belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya pengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir, dsb. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
b.    Teori “psikologi asosiasi (koneksionisme)” dengan tokohnya yang terkenal Tromdike. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, ia mengemukkan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu membesar peluang timbulnya respon benar.
c.    Psikologi coditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari koeksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar. Pada psikologis conditioning respons akan timbul bukan karena saja oleh stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan. Menurut teori ini perilaku individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
5.    Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar terebut. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prisip, dan generalisasi tersebut.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.
6.    Balikan dan Penguatan
Teori belajar “Operant Conditioning” dari B. F. Skiner. Pada operant conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya Tromdike. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Namun dorongan belajar itu menurut B. F. Skinner tidak saja boleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar (Gage dan Barliner, 1984: 272).
Siswa belajar sunggguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar lebih giat. Disini siswa mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan, maka penguatan negatif juga disebut “escape conditioning”. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperiment, metode penemuan, dsb merupakan cara belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan penguatan.
7.    Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya. Pembelajaran yang bersifat klasikal yang mengabaikan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara antara lain:
a.    Penggunaan metode atau strategi belajar mengajar yang bervariasi sehingga perbedaan-perbedaan kemampuan siswa dapat terlayani
b.    Menggunakan media intruksional akan membantu melayani perbedaan-perbedaan siswa dalam cara belajar.
c.    Dengan memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa yang pandai, dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang.
Disamping itu dalam memberikan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa sehingga bagi siswa yang pandai, sedang, maupun kurang akan merasakan berhasil di dalam belajar. Sebagai unsur primer dan sekunder dalam pembelajaran, maka dengan sendirinya siswa dan guru terimplikasi adanya prinsip-prinsip belajar. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru, tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.
a.    Impikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa
Siswa sebagai “primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan alasan apa pun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar. Justru para siswa akan berhasil dalam pembelajaran, jika mereka menyadari implikasi prinsip-prinsip belajar dalam diri mereka.
1.    Perhatian dan Motivasi
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Adanya tuntutan untuk selalu memberikan perhatian ini, menyebabkan siswa harus membangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pean-pesan yang menjadi isi pelajaran sering kali dalam bentuk rangsangan suara, warna, bentuk, gerak, dan rangsangan lain yang dapat diindra. Contoh perilaku itu kegiatan siswa, baik fisik atau psikis, seperti mendengarkan ceramah guru, membandingkan konsep sebelumnya dengan konsep yang baru diterima, mengamati secara cermat gerakan psikomotorik yang dilakukan guru, atau kegiatan yang sejenisnya.
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus. Untuk dapat membangkitkan dan dapat mengembangkan motivasi belajar mereka, siswa dapat melakukannya dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapi secara positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan target/sasaran penyelesaian tugas belajar, dsb.
2.    Keaktifan
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dsb.
3.    Keterlibatan langsung/berpengalaman
Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan lapangan bola voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dsb. Bentuk perilaku keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya prinsip keaktifan pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
4.    Pengulangan
Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip pengulangan, diantaranya menghafal unsur-unsur kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal latihan, menghafal nama-nama latin tumbuhan atau menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.
5.    Tantangan
Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.
6.    Balikan dan penguatan
Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement) (Davies, 1987: 32). Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor atau nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru atau orang tua karena hasil belajar yang jelek.
7.    Perbedaan individual
Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain, akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Implikasi adanya prinsip perbedaan individual bagi siswa di antaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, atau memilih bahwa implikasi adanya prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat berupa perilaku fisik maupun psikis.
Contoh: Identifikasi Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar Bagi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran di SD
I.     Identitas
Bidang studi                       : Pendidikan Agama Islam
Sub bidang studi                : Ibadah
Pokok bahasan                   : Puasa
Sub pokok bahasan                        : Puasa Ramadhan
Kelas/semester                    : V/1
Alokasi waktu                    : 2 x 2 x 35 menit
II.     Identifikasi implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa
No
Deskripsi kegiatan
Prinsip belajar menampak

Pembelajaran
Siswa
1
2
3
4
1
Diberitahukan tujuan pem-
belajaran yang akan dicapai melalui pokok bahasan/sub pokok ba-hasan yang disajikan.

Memahami tujuan pem-belajaran yang diberi-tahukan dan menetapkan
target pencapaiannya

Perhatian
2
Diberitahukan garis besar isi pelajaran yang akan disajikan selama dua kali pertemuan

Mencatat atau sekedar mendengarkan pemberi-tahuan.

Perhatian dan keaktifan
3
Diberitahukan tentang rukun islam yang kedua yaitu puasa. Pada kegiatan ini disajikan mengenai puasa ramadhan.
Memperhatikan hal-hal yang dijelaskan dan mencatat poko-pokok pemberitahuan.
Perhatian dan keaktifan
4
Diberikan tugas mencatat niat puasa ramadhan, hal-hal yang dapat membatalkan puasa, dan hikmah berpuasa
Mencatat tugas yang diberiakn dan mengerjakan tugas di rumah.
Keaktifan, keterlibatan langsung, dan tantangan

5
Ditanyakan laporan tugas untuk dikumpulkan dan membahas kewajiban puasa Ramadhan
Menyerahkan laporan tugas dan menjawab pertanyaan sehubungan
dengan tugas yang dikumpulkan-
nya. Memperhatikan hal-hal yang dibahas
Umpan balik dan penguatan, ke-terlibatan langsung dan keaktifan


6
Diskusi kelas tentang kewajiban berpuasa
Ikut terlibat secara aktif dalam diskusi dan menyumbangkan
pendapatnya sendiri
Keterlibatan langsung, ke-
aktifan, tantangan perbedaan
individual dan umpan balik
serta penguatan
7
Ditugaskan kepada kelompok untuk men-diskusikan tentang ke-wajiban puasa ramadhan
Berdiskusi dalam ke-lompok antara 4–5 orang yang berkaitan dengan puasa ramadhan
Keterlibatan langsung,
keaktifan, dan perbedaan
individual

8
Setiap kelompok me-laporkan hasil diskusi dan ditanggapi oleh kelompok lain dan disimpulkan hasilnya secara bersama
Salah seorang wakil kelompok melaporkan hasil diskusi kelom-poknya, sekaligus men-jawab pertanyaan dari
kelompok lain.

Keaktifan, keterlibatan
langsung, umpan balik dan
penguatan.
9
Diceramahkan mengenai kewajiban puasa ramadhan
merupakan salah satu rukun islam
Memperhatikan ceramah dan mencatat hal-hal yang penting mengenai kewajiban puasa Ramadhan
Perhatian dan keaktifan
10
Diberikan kesempatan tanya jawab mengenai isi ceramah.
Terlibat dalam me-nyimpulkan dan merang-kum pembahasan ke-wajiban puasa Rama-dhan.
Keaktifan, dan perbedaan individual

11
Diarahkan pada penyim-pulan dan pembuatan rangkuman tentang pem-bahasan kewajiban puasa Ramadhan
Terlibat dalam menyim-pulkan dan merangkum
Pembahasan kewajiban puasa ramadhan

Pengulangan, keaktifan, dan per-bedaan individual.

12
Dilancarkan tes tertulis mengenai kewajiban puasa Ramadhan
Mengerjakan tes tertulis mengenai kewajiban puasa Ramadhan.
Keaktifan, tantangan, perbedaan individual.
13
Dikoreksi dan dibahas tes tertulis bersama-sama secara klasikal
Memperhatikan dan menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti.
Keaktifan, umpan balik dan penguatan, dan perbedaan individual.

b.    Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru tertampak pada rencana pembelajaran maupun pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru terwujud dalam perilaku fisik dan psikis mereka. Kesadaran adanya prinsip-prinsip belajar yang terwujud dalam perilaku guru, dapat diharapkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang diselenggarakan.
1.    Perhatian dan motivasi
Implikasi prinsip perhatian bagi guru tertampak pada perilaku-perilaku sebagai berikut:
·      Guru menggunakan metode secara bervariasi
·      Guru mengggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan
·      Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton
·      Guru menggunakan pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction question).
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi guru tertampak pada perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
·      Memilih bahan ajar sesuai dengan minat siswa
·      Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa
·      Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberitahukan hasilnya kepada siswa
·      Memberikan pujian verbal atau non-verbal terhadap siswa yang memberikan respons terhadap pertanyaan yang diberikan
·      Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa
2.    Keaktifan
Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada (Sten, 1988: 224). Hal ini berarti pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa untuk aktif mencari, memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru diantaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut:
·      Menggunakan multimetode dan multimedia
·      Memberikan tugas secara individual dan kelompok
·      Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang)
·      Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yangkurang jelas
·      Mengadakan tanya jawab dan diskusi
3.    Keterlibatan langsung/berpengalaman
Perlu diingat bahwa keterlibatan langsung secara fisik tidak menjamin keefektifan belajar. Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik, mental emosional, dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran, maka guru hendaknya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran. Perilaku sebagai implikasi prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman diantaranya adalah:
·      Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual dan kelompok kecil
·      Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi
·      Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa
·      Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekkan gerakan psikomotorik yang dicontohkan
·      Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas atau luar sekolah
·      Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran
Implikasi lain dari keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manager/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing, dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.
4.    Pengulangan
Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang menumbuhkan pengulangan dengan yang tidak membutuhkan pengulangan. Pengulangan terutama dibutuhkan oleh pesan-pesan pembelajaran yang harus dihafalkan secara tetap tanpa ada kesalahan sedikit pun. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan diantaranya adalah:
·      Merancang pelaksanaan pengulangan
·      Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan
·      Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang
·      Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan,
·      Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi
5.    Tantangan
Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalui bentuk kegiatan, bahan, dan alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan diantaranya adalah:
·      Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukannya secara individual atau dalam kelompok kecil (3-4 orang)
·      Memberikan tugas pada siswa memecahkan masalah yang memebutuhkan informasi dari orang lain di luar sekolah sebagai sumber informasi
·      Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai disajikan
·      Mengembangkan bahan pembelajaran (teks, hand out, modul, dsb) yang memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan tantangan didalamnya, sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan secara detail tanpa memberikan kesempatan siswa mencari dari sumber lain
·      Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi sendiri
·      Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan masalah-masalah yang disajikan dalam topik diskusi
6.    Balikan dan penguatan
Balikan dapat diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara individual, ataupun kelompok klasikal. Agar balikan dan penguatan bermakna bagi siswa, guru hendaknya memperhatikan karakteristik siswa. Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru, berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
·      Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah dijawab siswa secara benar ataupun salah
·      Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa pada waktu yang telah ditentukan
·      Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan, kliping pekerjaan rumah), berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil jerja pembelajaran
·      Membagikan lembar kerja tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru, disertai skor dan catatan-catatan bagi pelajar
·      Mengumumkan atau menginformasikan peringkat yang diraih oleh siswa berdasarkan skor yang dicapai dalam tes
·      Memberikan angkutan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan guru
·      Memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas
7.    Perbedaan individual
Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang melekat pada setiap siswa. Konsekuensi logis adanya hal ini, guru harus mampu melayani setiap siswa sesuai karakteristik mereka orang per orang. Implikasi prinsip perbedaan individual bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
·      Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya
·      Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran
·      Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang berangkutan
·      Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan
Contoh identifikasi prinsip-prinsip belajar yang tampak pada kegiatan guru dalam deskripsi kegiatan gurru dari suatu kegiatan pembelajaran di SD.

Contoh: Identifikasi Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran di SD
I.     Identitas
Bidang Studi                      : Ilmu Pengetahuan Alam
Sub-Bidang Studi              : Fisika
Pokok Bahasan                   : Cahaya
Sub-Pokok Bahasan           : Sifat-sifat cahaya
Kelas/Semester                   : V/2
Alokasi Waktu                   : 2 x 35 menit

II.  Identifikasi Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru
NO.
Deskripsi Kegiatan
Prinsip Belajar Menampak

Pembelajaran
Siswa
1.
2.
3.
4.
1.
Disediakan benda-benda berupa kardus, lilin, korek api, pensil, gelas, air, dan senter. Diberikan juga lembar kegiatan yang berisi petunjuk kegiatan yang harus dilaksanakan oleh pelajar.
Menyediakan benda-benda yang dibutuhkan dan menugaskan kepada siswa melaksanakan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan
Perhatian, keaktifan dan tantangan
Mengawasi kegiatan yang dilaksanakan siswa dan membantu bila diperlukan.
2.
Diberikan kesempatan kepada siswa mengamati cahaya dan melaporkan hasilnya di depan kelas untuk disimpulkan bersama mengenai sifat-sifat cahaya.
Mengarahkan dan membimbing pengamatan dan memberikan balikan hasil kegiatan untuk mengarahkan keseimbangan mengenai sifat-sifat cahaya.
Pengulangan, balikan dan pe-nguatan, perbedaan individual, keterlibatan langsung.
3.
Didemonstrasikan suatu alat peraga untuk membuktikan bahwa cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening, dan cahaya dapat dibiaskan.
Menugaskan pada seorang siswa mendemonstrasikan alat peraga untuk membuktikan bahwa cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening, dan cahaya dapat dibiaskan. Selama demonstrasi, guru membimbing siswa yang melakukan demonstrasi.
Keaktifan, keterlibatan langsung
4.
Dijelaskan mengenai sifat-sifat cahaya.
Menjelaskan sifat-sifat cahaya.
Perhatian dan perbedaan individual.
5.
Dilakukan perangkuman dan penyimpulan pokok-pokok isi pelajaran sampai dengan sifat-sifat cahaya
Mengarahkan rangkuman dan kesimpulan pokok-pokok isi pelajaran sampai dengan sifat-sifat cahaya, dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pelajar.
Perhatian dan perbedaan individual.
6.
Dilakukan tanya jawab mengenai sifat-sifat cahaya.
Memberikan kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal yang kurang jelas mengenai sifat-sifat cahaya.
Keaktifan dan keterlibatan langsung, balikan dan penguatan.
25.
Dilancarkan penilaian hasil belajar.
Memberikan tes disertai petunjuk pengerjaan dan diberitahukan tujuan pelaksanaan penilaian.
Keaktifan, tantangan, balikan dan penguatan, perhatian dan motivasi, perbedaan individual.
26.
Dibahas soal-soal tes yang baru dikerjakan
Membahas soal-soal tes bersama-sama siswa dan memberitahukan kesalahan umum.
Balikan dan penguatan, keaktifan, keterlibatan langsung.

2.3    Asas-Asas Pembelajaran
Ada 14 asas pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangkan program pembelajaran inovatif. Keempat belas asas tersebut adalah:
1.        Lima prinsip dasar dalam pemenuhan hak anak: (a) non-diskriminasi, (b) kepentingan terbaik bagi anak (best interests of the child), (c) hak untuk hidup dan berkembang (right to life, continuity of life and to develop), (d) hak atas perlindungan (right to protection), (e) penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the opinions of children).
2.        Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.
3.        Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.
4.         Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
5.        Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain.
6.        Aktivitas pembelajaran pada diri siswa bercirikan: (a) yang saya dengar, saya lupa; (b) yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat; (c) yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami; (d) yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan; dan (e) yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
7.        John Holt (1967) proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal: (a) mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata sendiri, (b) memberikan contoh, (c) mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi, (d) melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain, (e) menggunakannya dengan beragam cara, (f) memprediksikan sejumlah konsekuensinya, (g) menyebuitkan lawan atau kebalikannya.
8.        Ada 9 konteks yang melingkupi siswa dalam belajar: (a) tujuan, (b) isi materi, (c) sumber belajar (sumber belajar bagaimanakah yang dapat dimanfaatkan), (d) target siswa (siapa yang akan belajar), (e) guru, (f) strategi pembelajaran, (g) hasil (bagaimana hasil pembelajaran akan diukur), (h) kematangan (apakah siswa telah siap dengan hadirnya sebuah konsep atau pengetahuan), (i) lingkungan (dalam lingkungan yang bagaimana siswa belajar).
9.        Kata kunci pembelajaran agar bermakna: (a) real-world learning, (b) mengutamakan pengalaman nyata, (c) berpikir tingkat tinggi, (d) berpusat pada siswa, (e) siswa aktif, kritis, dan kreatif, (f) pengetahuan bermakna dalam kehidupan, (g) dekat dengan kehidupan nyata, (h) perubahan perilaku, (i) siswa praktik, bukan menghafal, (j) learning, bukan teaching, (k) pendidikan bukan pengajaran, (l) pembentukan manusia, (m) memecahkan masalah, (n) siswa acting, guru mengarahkan, (o) hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
10.    Pembelajaran yang memperhatikan dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan akan menjadi lebih kuat.
11.    Otak tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga mengolahnya melalui membahas informasi dengan orang lain dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang dibahas.
12.    Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan cara kita berpikir.
13.    Proses belajar harus mengakomodasi tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)
14.    Resiprositas (kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja sama) merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan belajar.










0 komentar:

Posting Komentar