BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
1.
Pengertian
Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik. Arti dari
disengaja sebenarnya
proses belajar timbul karena
ada suatu niatan. Sedangkan perubahan itu misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum
dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan sesuatu dan lain sebagainya. Perubahan tersebut adalah
perubahan yang timbul karena
adanya pengalaman dan latihan. Jadi belajar bukanlah suatu hasil, akan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dalam rangka memenuhi
kebutuhan menuntut ilmu.
Proses belajar adalah
mengalami, berbuat mereaksi dan melampaui (under going).
2.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
3.
Pengertian Prinsip
1. Prinsip merupakan sesuatu yang dipegang sebagai
panutan yang utama (Badudu &Zein, 2001:1089).
2. Prinsip merupakan sesuatu yang menjadi dasar dari
pokok berpikir, berpijak dsb (Syah Djanilus, 1993).
3. Prinsip merupakan sesuatu kebenaran yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya (Dardiri, 1996)
Dari beberapa pendapat tokoh
diatas dapat kita simpulkan bahwa prinsip merupakan suatu pola pikir yang kita
gunakan sebagai panutan karena kebenarannya telah terbukti.
4.
Pengertian Prinsip Belajar
1.
Menurut Gestalt
Prinsip belajar adalah suatu transfer belajar antara pendidik dan peserta didik sehingga mengalami perkembangan dari
proses interaksi belajar mengajar yang dilakukan secara terus menerus dan diharapkan peserta didik akan mampu
menghadapi permasalahan
dengan sendirinya melalui teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang sudah diterimanya.
2.
Robert H Davie
Suatu komunikasi terbuka antara pendidik dengan peserta didik sehingga peserta didik termotivasi belajar
yang bermanfaat bagi dirinya
melalui contoh-contoh dan kegiatan praktek yang diberikan pendidik lewat metode yang menyenangkan peserta didik.
Berdasarkan Pendapat para Ahli, disimpulkan bahwa Prinsip Belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar
Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
2.2
Prinsip-Prinsip Belajar
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan
oleh para ahli yang satu dengan yang lainnya memiliki persamaan dan perbadaan.
Dari berbagai prinsip tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku
umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi
siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya
meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung berpengalaman, pengulangan
tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
1.
Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan
belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa
adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Barliner, 1984: 335).
Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan belajar sesuai
dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang. Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam
pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam
mengajar. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya
intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan
belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa
yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang
studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap
penting dalam kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah
tingkah laku manusia dan motivasinya. Sikap siswa, seperti halnya motif
menimbulkan dan mengarahkan aktivitasnya. Intensif, suatu hadiah yang
diharapkan diperoleh sesudah melakukan kegiatan, dapat menimbulkan motif.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari
dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain,
dari guru, orang tua, teman, dsb. Motivasi juga dibedakan atas:
a.
Motif instrinsik
adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Motif ini
dapat bersifat internal (datang dari diri sendiri) dan dapat juga bersifat
eksternal (datang dari luar).
b.
Motif ekstrinsik
adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi
menjadi penyertanya. Sebagai contoh, siswa belajar sungguh-sungguh bukan
disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh
keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Motif ini bisa bersifat internal
maupun eksternal, walaupun lebih banyak bersifat eksternal. Motif ekstrinsik
dapat berubah menjadi motif instrinsik yang disebut “transformatif motif”.
Contohnya, seorang siswa belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi
guru. Mula-mula, motifnya adalah ekstrinsik, yaitu ingin menyenangkan orang
tuanya, tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi
pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru.
2.
Keaktifan
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak
adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu,
mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh
orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri, maka inisiatif harus
datang dari siswa sendiri. Guru sekadar pembimbing dan pengarah (John Dewey
1916, dalam Davies, 1937: 31).
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa
yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar
menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. (Gage and Barliner 1984: 267).
Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu
merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari, menemukan, dan menggunakan
pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak mampu
mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan. Tromdike mengemukakan keaktifan
siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-nya yang menyatakan bahwa
belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Mc Keachie berkenaan dengan prinsip
keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif
selalu ingin tahu, sosial” (Mc Keachie, 1976: 230 dari Gledler MEB terjemahan
Munandir, 1991: 105).
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan
keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik
yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik
dapat berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan,
dsb. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang
dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep
dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
3.
Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang
dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik
adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman
langsung siswa tidak sekadar mengamati cara langsung tetapi ia harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap
hasilnya. Contohnya, seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik
apabila ia terlibat secara langsung dalam pembuatan (direct performance), bukan
sekadar melihat bagaimana orang membuat tempe (demonstrating), apalagi sekadar
mendengan orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe (telling). Pentingnya
keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan
“learning by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung.
Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok,
dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai
pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan
keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan
mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan
perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam
pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan
dalam pembentukan keterampilan.
4.
Pegulangan
a.
Menurut teori
“psikologi daya” belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang
terdiri atas daya pengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir,
dsb. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
b.
Teori “psikologi
asosiasi (koneksionisme)” dengan tokohnya yang terkenal Tromdike. Berangkat
dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, ia mengemukkan bahwa
belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan
terhadap pengalaman-pengalaman itu membesar peluang timbulnya respon benar.
c.
Psikologi
coditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari koeksionisme juga
menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar. Pada psikologis conditioning
respons akan timbul bukan karena saja oleh stimulus, tetapi juga oleh stimulus
yang dikondisikan. Menurut teori ini perilaku individu dapat dikondisikan, dan
belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons
terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu
perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu
oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
5.
Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan
bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan
psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin
dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka
timbulah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan
belajar terebut. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan
dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi
dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar
yang baru, banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa
tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa
untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan
menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prisip,
dan generalisasi tersebut.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga
memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan
sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan
menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang
tidak menyenangkan.
6.
Balikan dan Penguatan
Teori belajar “Operant Conditioning” dari B. F. Skiner.
Pada operant conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori
belajar ini adalah law of effect-nya Tromdike. Siswa akan belajar lebih
bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Namun dorongan
belajar itu menurut B. F. Skinner tidak saja boleh penguatan yang menyenangkan
tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif
maupun negatif dapat memperkuat belajar (Gage dan Barliner, 1984: 272).
Siswa belajar sunggguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang
baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat
lagi. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan
akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong
untuk belajar lebih giat. Disini siswa mencoba menghindar dari peristiwa yang
tidak menyenangkan, maka penguatan negatif juga disebut “escape conditioning”.
Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperiment, metode penemuan, dsb
merupakan cara belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan penguatan.
7.
Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada
dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan
yang lain. perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan
sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil
belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam
upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita
kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan
pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan
rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan
pengetahuannya. Pembelajaran yang bersifat klasikal yang mengabaikan individual
dapat diperbaiki dengan beberapa cara antara lain:
a.
Penggunaan metode
atau strategi belajar mengajar yang bervariasi sehingga perbedaan-perbedaan
kemampuan siswa dapat terlayani
b.
Menggunakan media
intruksional akan membantu melayani perbedaan-perbedaan siswa dalam cara
belajar.
c.
Dengan memberikan
tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa yang pandai, dan
memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang.
Disamping itu dalam memberikan tugas-tugas hendaknya
disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa sehingga bagi siswa yang pandai,
sedang, maupun kurang akan merasakan berhasil di dalam belajar. Sebagai unsur
primer dan sekunder dalam pembelajaran, maka dengan sendirinya siswa dan guru
terimplikasi adanya prinsip-prinsip belajar. Implikasi prinsip-prinsip belajar
bagi siswa dan guru, tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses
pembelajaran berlangsung.
a.
Impikasi
Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa
Siswa sebagai “primus motor” (motor utama) dalam kegiatan
pembelajaran, dengan alasan apa pun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya
prinsip-prinsip belajar. Justru para siswa akan berhasil dalam pembelajaran,
jika mereka menyadari implikasi prinsip-prinsip belajar dalam diri mereka.
1.
Perhatian dan
Motivasi
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua
rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Adanya tuntutan
untuk selalu memberikan perhatian ini, menyebabkan siswa harus membangkitkan
perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pean-pesan yang menjadi
isi pelajaran sering kali dalam bentuk rangsangan suara, warna, bentuk, gerak,
dan rangsangan lain yang dapat diindra. Contoh perilaku itu kegiatan siswa,
baik fisik atau psikis, seperti mendengarkan ceramah guru, membandingkan konsep
sebelumnya dengan konsep yang baru diterima, mengamati secara cermat gerakan
psikomotorik yang dilakukan guru, atau kegiatan yang sejenisnya.
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah
disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus
dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus. Untuk dapat membangkitkan
dan dapat mengembangkan motivasi belajar mereka, siswa dapat melakukannya
dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapi
secara positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan target/sasaran
penyelesaian tugas belajar, dsb.
2.
Keaktifan
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud
perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan,
menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat
karya tulis, membuat kliping, dsb.
3.
Keterlibatan
langsung/berpengalaman
Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak
segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka.
Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka
memperoleh pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan
implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut
dalam pembuatan lapangan bola voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa
berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dsb.
Bentuk perilaku keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin
terwujudnya prinsip keaktifan pada diri siswa. Namun demikian, perilaku
keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat
diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
4.
Pengulangan
Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah
kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk
satu macam permasalahan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan
implikasi prinsip pengulangan, diantaranya menghafal unsur-unsur kimia setiap
valensi, mengerjakan soal-soal latihan, menghafal nama-nama latin tumbuhan atau
menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.
5.
Tantangan
Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan
dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu
memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang
merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan
eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu
pemecahan suatu masalah.
6.
Balikan dan
penguatan
Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap
langkah segera diberikan penguatan (reinforcement) (Davies, 1987: 32). Hal ini
timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus
penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan
penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah
dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap
skor atau nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru atau orang tua
karena hasil belajar yang jelek.
7.
Perbedaan
individual
Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain, akan
membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya
sendiri. Implikasi adanya prinsip perbedaan individual bagi siswa di antaranya
adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, atau memilih
bahwa implikasi adanya prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat berupa
perilaku fisik maupun psikis.
Contoh: Identifikasi
Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar Bagi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran di SD
I.
Identitas
Bidang
studi : Pendidikan
Agama Islam
Sub
bidang studi : Ibadah
Pokok
bahasan : Puasa
Sub
pokok bahasan : Puasa
Ramadhan
Kelas/semester : V/1
Alokasi
waktu : 2 x 2 x 35
menit
II. Identifikasi
implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa
No
|
Deskripsi kegiatan
|
Prinsip belajar menampak
|
|
|
Pembelajaran
|
Siswa
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Diberitahukan tujuan pem-
belajaran yang akan dicapai melalui
pokok bahasan/sub pokok ba-hasan yang disajikan.
|
Memahami tujuan pem-belajaran
yang diberi-tahukan dan menetapkan
target pencapaiannya
|
Perhatian
|
2
|
Diberitahukan garis besar isi pelajaran
yang akan disajikan selama dua kali pertemuan
|
Mencatat atau sekedar
mendengarkan pemberi-tahuan.
|
Perhatian
dan keaktifan
|
3
|
Diberitahukan tentang rukun islam yang kedua
yaitu puasa. Pada kegiatan ini disajikan mengenai puasa ramadhan.
|
Memperhatikan hal-hal yang dijelaskan dan
mencatat poko-pokok pemberitahuan.
|
Perhatian dan keaktifan
|
4
|
Diberikan tugas mencatat niat puasa ramadhan,
hal-hal yang dapat membatalkan puasa, dan hikmah berpuasa
|
Mencatat tugas yang diberiakn dan mengerjakan
tugas di rumah.
|
Keaktifan, keterlibatan langsung, dan tantangan
|
5
|
Ditanyakan laporan tugas untuk dikumpulkan dan
membahas kewajiban puasa Ramadhan
|
Menyerahkan laporan tugas dan
menjawab pertanyaan sehubungan
dengan tugas yang dikumpulkan-
nya. Memperhatikan hal-hal yang
dibahas
|
Umpan balik dan penguatan, ke-terlibatan
langsung dan keaktifan
|
6
|
Diskusi kelas tentang kewajiban
berpuasa
|
Ikut terlibat secara aktif
dalam diskusi dan menyumbangkan
pendapatnya sendiri
|
Keterlibatan langsung, ke-
aktifan, tantangan perbedaan
individual dan umpan balik
serta penguatan
|
7
|
Ditugaskan kepada kelompok
untuk men-diskusikan tentang ke-wajiban puasa ramadhan
|
Berdiskusi dalam ke-lompok
antara 4–5 orang yang berkaitan dengan puasa ramadhan
|
Keterlibatan langsung,
keaktifan, dan perbedaan
individual
|
8
|
Setiap kelompok me-laporkan
hasil diskusi dan ditanggapi oleh kelompok lain dan disimpulkan hasilnya
secara bersama
|
Salah seorang wakil kelompok
melaporkan hasil diskusi kelom-poknya, sekaligus men-jawab pertanyaan dari
kelompok lain.
|
Keaktifan, keterlibatan
langsung, umpan balik dan
penguatan.
|
9
|
Diceramahkan mengenai kewajiban
puasa ramadhan
merupakan salah satu rukun
islam
|
Memperhatikan ceramah dan
mencatat hal-hal yang penting mengenai kewajiban puasa Ramadhan
|
Perhatian dan keaktifan
|
10
|
Diberikan kesempatan tanya
jawab mengenai isi ceramah.
|
Terlibat dalam me-nyimpulkan
dan merang-kum pembahasan ke-wajiban puasa Rama-dhan.
|
Keaktifan, dan perbedaan individual
|
11
|
Diarahkan pada penyim-pulan dan
pembuatan rangkuman tentang pem-bahasan kewajiban puasa Ramadhan
|
Terlibat dalam menyim-pulkan
dan merangkum
Pembahasan kewajiban puasa
ramadhan
|
Pengulangan, keaktifan, dan per-bedaan
individual.
|
12
|
Dilancarkan tes tertulis mengenai kewajiban puasa
Ramadhan
|
Mengerjakan tes tertulis mengenai kewajiban puasa
Ramadhan.
|
Keaktifan, tantangan, perbedaan individual.
|
13
|
Dikoreksi dan dibahas tes tertulis bersama-sama secara
klasikal
|
Memperhatikan dan menanyakan hal-hal yang kurang
dimengerti.
|
Keaktifan, umpan balik dan penguatan, dan perbedaan
individual.
|
b.
Implikasi
Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru tertampak
pada rencana pembelajaran maupun pelaksanaan kegiatan pembelajarannya.
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru terwujud dalam perilaku fisik dan
psikis mereka. Kesadaran adanya prinsip-prinsip belajar yang terwujud dalam
perilaku guru, dapat diharapkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang
diselenggarakan.
1.
Perhatian dan
motivasi
Implikasi prinsip perhatian bagi guru tertampak pada
perilaku-perilaku sebagai berikut:
·
Guru menggunakan
metode secara bervariasi
·
Guru mengggunakan
media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan
·
Guru menggunakan
gaya bahasa yang tidak monoton
·
Guru menggunakan
pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction question).
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi guru tertampak
pada perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
·
Memilih bahan ajar
sesuai dengan minat siswa
·
Menggunakan metode
dan teknik mengajar yang disukai siswa
·
Mengoreksi sesegera
mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberitahukan hasilnya kepada
siswa
·
Memberikan pujian
verbal atau non-verbal terhadap siswa yang memberikan respons terhadap
pertanyaan yang diberikan
·
Memberitahukan
nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa
2.
Keaktifan
Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi
masing-masing siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi
lebih bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada (Sten, 1988: 224). Hal
ini berarti pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa
untuk aktif mencari, memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat
menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru diantaranya dapat
melaksanakan perilaku-perilaku berikut:
·
Menggunakan
multimetode dan multimedia
·
Memberikan tugas
secara individual dan kelompok
·
Memberikan
kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil (beranggota
tidak lebih dari 3 orang)
·
Memberikan tugas
untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yangkurang jelas
·
Mengadakan tanya
jawab dan diskusi
3.
Keterlibatan
langsung/berpengalaman
Perlu diingat bahwa keterlibatan langsung secara fisik
tidak menjamin keefektifan belajar. Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik,
mental emosional, dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran, maka guru
hendaknya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran. Perilaku
sebagai implikasi prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman diantaranya
adalah:
·
Merancang kegiatan
pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual dan kelompok kecil
·
Mementingkan
eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi
·
Menggunakan media
yang langsung digunakan oleh siswa
·
Memberikan tugas
kepada siswa untuk mempraktekkan gerakan psikomotorik yang dicontohkan
·
Melibatkan siswa
mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas atau luar sekolah
·
Melibatkan siswa
dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran
Implikasi lain dari keterlibatan langsung/berpengalaman
bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manager/pengelola
kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing, dan mendorong siswa
ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.
4.
Pengulangan
Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu
memilihkan antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang menumbuhkan
pengulangan dengan yang tidak membutuhkan pengulangan. Pengulangan terutama
dibutuhkan oleh pesan-pesan pembelajaran yang harus dihafalkan secara tetap
tanpa ada kesalahan sedikit pun. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip
pengulangan diantaranya adalah:
·
Merancang
pelaksanaan pengulangan
·
Mengembangkan/merumuskan
soal-soal latihan
·
Mengembangkan
petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang
·
Mengembangkan alat
evaluasi kegiatan pengulangan,
·
Membuat kegiatan
pengulangan yang bervariasi
5.
Tantangan
Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan
oleh guru melalui bentuk kegiatan, bahan, dan alat pembelajaran yang dipilih
untuk kegiatan pembelajaran. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip
tantangan diantaranya adalah:
·
Merancang dan
mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukannya secara individual atau dalam kelompok kecil (3-4 orang)
·
Memberikan tugas
pada siswa memecahkan masalah yang memebutuhkan informasi dari orang lain di luar
sekolah sebagai sumber informasi
·
Menugaskan kepada
siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai disajikan
·
Mengembangkan bahan
pembelajaran (teks, hand out, modul, dsb) yang memperhatikan kebutuhan siswa
untuk mendapatkan tantangan didalamnya, sehingga tidak harus semua pesan
pembelajaran disajikan secara detail tanpa memberikan kesempatan siswa mencari
dari sumber lain
·
Membimbing siswa
untuk menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi sendiri
·
Guru merancang dan
mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan masalah-masalah yang
disajikan dalam topik diskusi
6.
Balikan dan
penguatan
Balikan dapat diberikan secara lisan maupun tertulis,
baik secara individual, ataupun kelompok klasikal. Agar balikan dan penguatan
bermakna bagi siswa, guru hendaknya memperhatikan karakteristik siswa.
Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru, berwujud perilaku-perilaku
yang diantaranya adalah:
·
Memberitahukan
jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah dijawab siswa
secara benar ataupun salah
·
Mengoreksi
pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa pada waktu yang telah
ditentukan
·
Memberikan
catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan, kliping
pekerjaan rumah), berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil jerja
pembelajaran
·
Membagikan lembar
kerja tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru, disertai skor dan
catatan-catatan bagi pelajar
·
Mengumumkan atau
menginformasikan peringkat yang diraih oleh siswa berdasarkan skor yang dicapai
dalam tes
·
Memberikan angkutan
atau acungan jempol atau isyarat lain kepada siswa yang menjawab dengan benar
pertanyaan yang disajikan guru
·
Memberikan
hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas
7.
Perbedaan
individual
Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut
untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang melekat pada setiap
siswa. Konsekuensi logis adanya hal ini, guru harus mampu melayani setiap siswa
sesuai karakteristik mereka orang per orang. Implikasi prinsip perbedaan
individual bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
·
Menentukan
penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa
sesuai karakteristiknya
·
Merancang
pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran
·
Mengenali
karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran
yang tepat bagi siswa yang berangkutan
·
Memberikan
remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan
Contoh identifikasi prinsip-prinsip belajar yang tampak pada kegiatan guru
dalam deskripsi kegiatan gurru dari suatu kegiatan pembelajaran di SD.
Contoh:
Identifikasi Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru dalam Kegiatan
Pembelajaran di SD
I.
Identitas
Bidang Studi :
Ilmu Pengetahuan Alam
Sub-Bidang Studi :
Fisika
Pokok Bahasan :
Cahaya
Sub-Pokok Bahasan :
Sifat-sifat cahaya
Kelas/Semester :
V/2
Alokasi Waktu :
2 x 35 menit
II. Identifikasi
Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru
NO.
|
Deskripsi
Kegiatan
|
Prinsip
Belajar Menampak
|
|
|
Pembelajaran
|
Siswa
|
|
1.
|
2.
|
3.
|
4.
|
1.
|
Disediakan benda-benda berupa kardus, lilin, korek api,
pensil, gelas, air, dan senter. Diberikan juga lembar kegiatan yang berisi
petunjuk kegiatan yang harus dilaksanakan oleh pelajar.
|
Menyediakan benda-benda yang dibutuhkan dan menugaskan
kepada siswa melaksanakan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan
|
Perhatian, keaktifan dan tantangan
|
Mengawasi kegiatan yang dilaksanakan siswa dan membantu
bila diperlukan.
|
|||
2.
|
Diberikan kesempatan kepada siswa mengamati cahaya dan
melaporkan hasilnya di depan kelas untuk disimpulkan bersama mengenai
sifat-sifat cahaya.
|
Mengarahkan dan membimbing pengamatan dan memberikan
balikan hasil kegiatan untuk mengarahkan keseimbangan mengenai sifat-sifat cahaya.
|
Pengulangan, balikan dan pe-nguatan, perbedaan
individual, keterlibatan langsung.
|
3.
|
Didemonstrasikan suatu alat peraga untuk membuktikan
bahwa cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening, dan cahaya dapat
dibiaskan.
|
Menugaskan pada seorang siswa mendemonstrasikan alat peraga untuk membuktikan
bahwa cahaya merambat lurus,
cahaya menembus benda bening, dan cahaya dapat dibiaskan. Selama demonstrasi, guru membimbing siswa yang
melakukan demonstrasi.
|
Keaktifan, keterlibatan langsung
|
4.
|
Dijelaskan mengenai sifat-sifat cahaya.
|
Menjelaskan sifat-sifat cahaya.
|
Perhatian dan perbedaan individual.
|
5.
|
Dilakukan perangkuman dan penyimpulan pokok-pokok isi
pelajaran sampai dengan sifat-sifat cahaya
|
Mengarahkan rangkuman dan kesimpulan pokok-pokok isi
pelajaran sampai dengan sifat-sifat cahaya, dengan cara mengajukan pertanyaan
kepada pelajar.
|
Perhatian dan perbedaan individual.
|
6.
|
Dilakukan tanya jawab mengenai sifat-sifat cahaya.
|
Memberikan kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal
yang kurang jelas mengenai sifat-sifat cahaya.
|
Keaktifan dan keterlibatan langsung, balikan dan
penguatan.
|
25.
|
Dilancarkan penilaian hasil belajar.
|
Memberikan tes disertai petunjuk pengerjaan dan
diberitahukan tujuan pelaksanaan penilaian.
|
Keaktifan, tantangan, balikan dan penguatan, perhatian
dan motivasi, perbedaan individual.
|
26.
|
Dibahas soal-soal tes yang baru dikerjakan
|
Membahas soal-soal tes bersama-sama siswa dan
memberitahukan kesalahan umum.
|
Balikan dan penguatan, keaktifan, keterlibatan
langsung.
|
2.3
Asas-Asas Pembelajaran
Ada 14 asas pembelajaran yang
dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangkan program pembelajaran
inovatif. Keempat belas asas tersebut adalah:
1.
Lima prinsip dasar dalam pemenuhan hak anak: (a) non-diskriminasi, (b)
kepentingan terbaik bagi anak (best interests of the child), (c) hak
untuk hidup dan berkembang (right to life, continuity of life and to develop),
(d) hak atas perlindungan (right to protection), (e) penghargaan
terhadap pendapat anak (respect for the opinions of children).
2.
Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam
benak siswa.
3.
Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.
4.
Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng
hanyalah kegiatan belajar aktif.
5.
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat,
mengajukan pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain.
6.
Aktivitas pembelajaran pada diri siswa bercirikan: (a) yang saya dengar,
saya lupa; (b) yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat; (c) yang
saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang
lain, saya mulai pahami; (d) yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan,
saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan; dan (e) yang saya ajarkan kepada
orang lain, saya kuasai.
7.
John Holt (1967) proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk
melakukan hal-hal: (a) mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata sendiri,
(b) memberikan contoh, (c) mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi, (d)
melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain, (e)
menggunakannya dengan beragam cara, (f) memprediksikan sejumlah konsekuensinya,
(g) menyebuitkan lawan atau kebalikannya.
8.
Ada 9 konteks yang melingkupi siswa dalam belajar: (a) tujuan, (b) isi
materi, (c) sumber belajar (sumber belajar bagaimanakah yang dapat
dimanfaatkan), (d) target siswa (siapa yang akan belajar), (e) guru, (f)
strategi pembelajaran, (g) hasil (bagaimana hasil pembelajaran akan
diukur), (h) kematangan (apakah siswa telah siap dengan hadirnya sebuah konsep
atau pengetahuan), (i) lingkungan (dalam lingkungan yang bagaimana siswa
belajar).
9.
Kata kunci pembelajaran agar bermakna: (a) real-world learning, (b)
mengutamakan pengalaman nyata, (c) berpikir tingkat tinggi, (d) berpusat pada
siswa, (e) siswa aktif, kritis, dan kreatif, (f) pengetahuan bermakna dalam
kehidupan, (g) dekat dengan kehidupan nyata, (h) perubahan perilaku, (i) siswa
praktik, bukan menghafal, (j) learning, bukan teaching, (k)
pendidikan bukan pengajaran, (l) pembentukan manusia, (m) memecahkan masalah,
(n) siswa acting, guru mengarahkan, (o) hasil belajar diukur dengan
berbagai cara bukan hanya dengan tes.
10. Pembelajaran yang memperhatikan
dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan akan menjadi lebih kuat.
11. Otak tidak sekadar menerima
informasi, tetapi juga mengolahnya melalui membahas informasi dengan orang lain
dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang dibahas.
12. Otak kita perlu mengaitkan antara
apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan
cara kita berpikir.
13. Proses belajar harus
mengakomodasi tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)
14. Resiprositas (kebutuhan mendalam
manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja sama) merupakan sumber
motivasi yang bisa dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan belajar.
0 komentar:
Posting Komentar